Memahami Cerita Panji

no-img
Memahami Cerita Panji

Oleh Henri Nurcahyo

TERUS TERANG masih banyak masyarakat yang belum kenal Cerita Panji. Padahal cerita lisan asal Jawa Timur itu justru populer di Thailand, Malaysia dan Kamboja. Sementara di Indonesia sendiri Cerita Panji masih bertahan di Bali dalam bentuk berbagai seni pertunjukan. Pada masa kejayaan Majapahit Cerita Panji juga menyebar ke Sulawesi, Kalimantan, seluruh Jawa dan Sumatera serta Nusa Tenggara. Cerita Panji adalah pusaka budaya nusantara yang (nyaris) dilupakan.

Pernah dengar cerita Ande-ande Lumut? Dongeng populer itu adalah salah satu contoh Cerita Panji dalam bentuk dongeng. Masih banyak dongeng lainnya, seperti Keong Emas, Golek Kencana, Panji Laras, Enthit dan sebagainya. Cerita Panji juga terukir dalam belasan relief di belasan candi Jawa Timur, bahkan ditemukan patung Raden Panji dan Sekartaji di Candi Selokelir di lereng gunung Penanggungan, Jawa Timur, dimana patung Panji itu sekarang disimpan di galeri Soemardja ITB.

Banyak pertunjukan rakyat yang menjadikan Cerita Panji sebagai bahan sajiannya, seperti misalnya Wayang Topeng (Malang), Wayang Beber (Pacitan), Wayang Timplong (Nganjuk), Wayang Gedog, Wayang Krucil (Kediri), Wayang Thengul (Bojonegoro), Kethek Ogleng (Pacitan, Wonogiri), Jaranan (Trenggalek, Tulungagung, Blitar), dan Reyog Ponorogo. Bahkan di Bali Cerita Panji menyebar dalam wujud berbagai kesenian seperti tari Legong Kraton Lasem, Drama Gong, Gambuh atau juga Wayang Arja. Cerita Panji pernah menjadi budaya tanding (counter culture) terhadap kebesaran Ramayana dan Mahabarata pada zaman Majapahit.

Secara umum Cerita Panji dipahami sebagai kisah percintaan antara Raden Panji Asmarabangun atau Panji Inukertapati dari kerajaan Jenggala dengan Dewi Sekartaji atau Dewi Candrakirana dari kerajaan Panjalu atau Kadiri. Mereka sudah dijodohkan sejak kecil oleh orangtuanya karena dua kerajaan itu sebetulnya berasal dari satu kerajaan yang sama dan kedua rajanya masih memiliki hubungan saudara. Namun jalinan kisah-kasih mereka tidaklah semulus yang direncanakan. Ada saja halangan, godaan, tantangan dan berbagai cobaan sehingga terjadilah petualangan, pengelanaan, penyamaran, peperangan, dan berbagai kisah lainnya sehingga Cerita Panji mewujud dalam banyak sekali versinya. Meski demikian substansinya tetap sama, yaitu penyatuan. Arkeolog M. Dwi Cahyono menyebutnya, ada proses Integrasi – Disintegrasi – Reintegrasi.

Tetapi Cerita Panji bukan sekadar kisah percintaan antara Raden Panji Inu Ketapati dengan Dewi Sekartaji, melainkan memiliki makna sebagai simbolisme penyatuan dua pihak yang berseteru,  yang disimbolkan dengan kerajaan Jenggala dan Kediri. Cerita  Panji memiliki nilai universal luar biasa, yaitu menjadi acuan kepahlawanan, penghargaan kemanusiaan, mengetengahkan etika pergaulan, dan diplomasi pergaulan. Dalam kisah-kisah Panji, Raden Inu Kertapati  selalu menjunjung nilai-nilai peradaban dan kemanusiaan.

Dalam kisah Panji digambarkan bahwa sesungguhnya Janggala dan Kediri asalnya satu, karena itu harus disatukan kembali melalui perkawinan politik, bukan dengan cara peperangan/kekerasan Maknanya, bahwasanya cinta kasih itu dapat mempersatukan. Dalam konteks kekinian bisa diibaratkan: Bonek – Arema, Bobotoh–Vikings, atau Dua pihak yang bertikai/berkonflik  dsb.  Bahkan, makna filosofis motif  “Penyatuan” itu bukan hanya bersatunya dua belah pihak, antara laki-laki dan perempuan, tetapi lebih luas, bahkan bisa dimaknai secara mistik-spiritual/sufistik sebagai  Manunggaling Kawula lan Gusti. (Persatuan antara Khalik dan Makhluk).

Hampir semua versi Cerita Panji selalu berakhir bahagia (happy ending). Bandingkan dengan Romeo Yuliet, Bangsacara Ragapadmi, Pranacitra Layonsari, Sangkuriang, Roro Mendut dan semua kisah cinta yang rata-rata sad ending. Maknanya: Cerita Panji mengajarkan optimisme. Jangan mudah menyerah, karena ujung perjalanan adalah kebahagiaan.

Hakekat Perkawinan adalah: Akhir dari sebuah awal, dan awal dari sebuah akhir. Karena itu ucapan populer untuk pernikahan adalah:  Selamat menempuh hidup baru; Selamat mengarungi bahtera rumahtangga. Pernikahan ibarat terminal atau stasiun: Tempat orang mengakhiri dan sekaligus memulai perjalanan. Tidak ada awal yang abadi. Tidak ada akhir yang abadi. Bahkan setelah kematian pun masih ada kehidupan yang baru. Dalam dongeng Sri Tanjung yang dijadikan asal usul kota Banyuwangi, meski Sri Tanjung mati terbunuh, namun dewata menghidupkannya kembali sehingga cerita itu berakhir dengan bahagia.

Cerita Panji bukanlah cerita tunggal yang linier, tetapi terpotong-potong dalam jumlah yang sangat banyak dengan bentuk yang mirip. Cerita Panji tidak ada yang menciptakan (anonim), dan selalu berakhir pada perkawinan atau pertemuan dua belah pihak yang terpisah. Karena itu Cerita Panji disebut bergenre siklus, selalu mengulang-ulang pola yang sama dengan berbagai variasi dan proses tahapan yang berbeda.

Secara umum, Cerita Panji mengisahkan bahwa Raden Panji Inukertapati dan Dewi Sekartaji adalah sama-sama putra/putri mahkota. Anak dari raja. Namun hampir semua Cerita Panji mengisahkan petualangan mereka ketika berada di luar dinding keraton.  Panji menyamar menjadi rakyat biasa, pengamen (Kembang Kuning), Kelana Edan (Panji Angreni), petani yang buruk rupa (Enthit). Dewi Sekartaji menyamar jadi keong emas, Timun Mas, Klething Kuning, perampok budiman (Panji Semirang), pemusik Gambuh Asmarandana.

Makna penyamaran ini adalah bahwa Cerita Panji mengajarkan kesetaraan dalam kehidupan, misalnya:

– Jangan suka menghargai sesama manusia hanya karena pakaiannya (ajining raga saka busana), jangan hanya suka karena wajahnya, karena pangkatnya, kekayaannya, kepinterannya. Pada hakekatnya semua manusia itu sama saja. Perilaku baik dan buruklah yang membedakannya.

– Cerita Panji sering divisualkan dengan topeng (lambang penyamaran): Misalnya Wayang Topeng. Manusia seringkali bertopeng sesuai dengan niat baik atau buruk. Padahal, wajah yang asli bisa jadi adalah topeng itu sendiri.

Panji adalah figur lelaki ideal. Raden Panji adalah Arjuna bagi orang Jawa. Karakter Panji adalah:

  1. Menguasai banyak ilmu pengetahuan, Gemar Membaca
  2. Seniman serba bisa, menguasai banyak cabang seni
  3. Berwajah tampan (Arjuna orang Jawa), disukai banyak perempuan, menantu idaman.
  4. Pahlawan perang (Kusuma Yudha), juga Pahlawan Kebudayaan
  5. Ramah, sopan, welas asih, simpatik, jujur dan lurus hati.

Sedangkan Sekartaji atau Candrakirana digambarkan sebagai:

  1. Perempuan cantik namun tidak menyombongkan kecantikannya.
  2. Putri raja yang bersikap egaliter, tidak membanggakan kebangsawanannya
  3. Perempuan cantik bagaikan bunga (sekar) yang tidak mudah diremehkan karena memiliki kekuatan (taji = senjata di kaki ayam jago), ibarat mawar berduri.
  4. Perempuan cantik yang tidak lemah gemulai, tetapi sanggup mandiri, tidak tergantung laki-laki, bahkan siap maju ke medan perang. Barangkali itu sebabnya Persatuan Istri Tentara (Persit) memilih nama Candrakirana.

Karena itu dalam ritual Orang Jawa (7 bulanan): divisualkan menjadi sepasang cengkir gading (kelapa kuning yang masih muda) bergambar Arjuna – Sembadra, atau Raden Kamajaya – Dewi Ratih; tetapi sesungguhnya itu juga berarti Raden Panji  Sekartaji.  Masyarakat Jawa sekarang lebih akrab dengan Arjuna ketimbang Raden Panji.

Prof.  Nooriah Mohammed (Malaysia) menyebut  tokoh Bung Karno memiliki ciri-ciri yang identik dengan karakter Panji: Tampan; Disukai Banyak Wanita; Pinter, Gemar Menuntut Ilmu; Pandai Menulis; Seniman, Pecinta Seni; Pemimpin hebat; Figur Pemersatu.

Namun ada pula yang menyebut Gus Dur adalah sosok Panji Nusantara, karena: karakternya yang menonjol sebagai figur pemersatu; Bapak Pluralisme; Melindungi yang tersisihkan; Bagi Gus Dur, perempuan itu lambang keilmuan, karena itu dia Menguasai banyak ilmu dan juga kesenian; Ingat, Gus Dur yang dikenal sebagai Kyai dan mantan Presiden itu juga pernah menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta.

Terdapat ratusan naskah-naskah kuno Cerita Panji tersimpan di perpustakaan Malaysia, Thailand, bahkan di Belanda dan Inggris. Jauh lebih banyak dibanding di Perpustakaan Nasional Indonesia yang hanya 76 naskah. Itupun hampir separuhnya dalam kondisi rusak. Naskah-naskah Cerita Panji inilah yang kemudian ditetapkan oleh UNESCO sebagai Memory of the World (MoW) bersama dengan Malaysia, Kamboja, Inggris dan Belanda, 31 Oktober 2017. Dengan demikian penetapan ini menambah jumlah MoW yang sudah didapatkan Indonesia yaitu Arsip-arsip Dutch East India Company – VOC (2003), Naskah I La Galigo (2011), Naskah Babad Diponegoro (2013), Negara Krtagama (2013) dan Arsip-arsip Konferensi Asia Afrika (2015). Bahkan bersamaan dengan ditetapkannya Cerita Panji sebagai MoW sebetulnya tahun 2017 ini Unesco juga menetapkan Arsip-arsip Konservasi Borobudur dan Arsip-arsip Tsunami di Samudra Hindia.

Cerita Panji adalah pusaka leluhur nusantara yang masih tetap relevan bagi kehidupan sekarang dan masa mendatang. Karena itu diperlukan transformasi (perubahan) dalam hal bentuk (format), waktu, pelaku, setting dan jalan cerita serta penafsirannya dengan tetap mengacu ada substansi Cerita Panji. Cerita Panji tidaklah harus terkait dengan masa lalu dan menjadi klangenan belaka. Cerita Panji juga dapat ditransformasi menjadi kekinian. Spirit Cerita Panji dapat menjadi inspirasi karya sastra kontemporer.  Bagaimana menjadikan Cerita Panji sebagai bahan baku proses kreativitas masa kini.

Cerita Panji yang sudah ada sejak 700 (tujuh ratus) tahun yang lalu itu adalah sebuah pusaka budaya bangsa yang tetap relevan sampai kapanpun. Jika sumberdaya alam semakin digali semakin habis, sumberdaya manusia semakin lama makin tua dan mati maka Cerita Panji adalah Sumberdaya Budaya yang semakin digali tidak pernah bisa habis namun malah akan membuat kita semakin kaya.

Cerita Panji dalam menjadi sumber inspirasi karya-karya sastra masa kini atau milenial, karya visual atau audio visual. Nilai-nilai substantif dala Cerita Panji antara lain: Kepahlawanan; Kesetaraan (egaliter); Perjuangan tak kenal menyerah; Menciptakan persatuan melalui jalan cinta kasih, bukan dengan kekerasan; Tidak bersikap egois (mementingkan diri sendiri) namun berkelana untuk memahami budaya daerah/bangsa lain; dan sebagainya.

Sebagaimana ajaran RMP (baca: Raden Mas Panji) Sosrokartono: Sugih tanpa banda; (Kekayaan tidak harus bergelimang harta benda) Digdaya tanpa aji (Kekuatan itu tidak harus dengan senjata); Ngelurug tanpa bala (tidak mudah ikut arus, hanya berani karena massa); Menang tanpa ngasorake (tidak melecehkan pihak yang dialahkan). Itu semua adalah “Panji Banget.”

Cerita Panji yang sudah ada sejak 700 (tujuh ratus) tahun yang lalu itu adalah sebuah pusaka budaya bangsa yang tetap relevan sampai kapanpun. Jika sumberdaya alam semakin digali semakin habis, sumberdaya manusia semakin lama makin tua dan mati maka Cerita Panji adalah Sumberdaya Budaya yang semakin digali tidak pernah bisa habis namun malah akan membuat kita semakin kaya.

Cerita Panji adalah bentuk kongkrit ketahanan budaya Indonesia yang mampu membendung pengaruh budaya asing. Sudah seharusnya Cerita Panji menjadi kebanggaan budaya bangsa Indonesia, bukan hanya Jawa Timur yang menjadi asal muasalnya. Kenalilah Cerita Panji, kenali budaya bangsa sendiri. Majapahit pernah berjaya dengan Cerita Panji, jadi janganlah sekali-sekali kita tega untuk meninggalkan Panji. (*)

BIODATA:

Henri Nurcahyo, lahir di Lamongan, 22 Januari 1959, pernah sekolah di UGM Yogyakarta. Pendidikan nonformal sosial budaya diperolehnya dari berbagai aktivitas dan kelembagaan. Pernah menjadi wartawan di beberapa media massa, penulis lepas, dan kini khusus menjadi penulis puluhan buku, termasuk beberapa judul buku tentang Budaya Panji. Pernah 10 kali juara lomba karya tulis, mendapat penghargaan Gubernur Jatim sebagai Penggerak Kesenian Bidang Penulisan. Sekarang menjadi Wakil Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Cabang Jawa Timur, Asesor Pengelola Tradisi Lisan, pendiri Pusat Konservasi Budaya Panji, TVPanji, dan mengajar matakuliah Kajian Panji di Universitas PGRI Adibuana (Unipa) Surabaya, disamping menjadi ketua Komunitas Seni Budaya BrangWetan, dan Ahli Pratama Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Nasional.

Kontak: 0812 3100 832 – email: [email protected], website: brangwetan.id

 

In category:
Related Post
no-img
PANJI SEBAGAI AHLI PENGOBATAN DALAM WAYANG TOPENG

MALANG: Sebuah kisah Panji yang terbilang langka disajikan oleh Padepokan T...

no-img
CERITA PANJI DARI BANYUWANGI

Cerita Panji yang sering muncul di Banyuwangi dalam pertunjukan seni drama ...

no-img
Topeng Dalang Klaten, Pelakunya Dalang Semua

TOPENG Dalang Klaten adalah seni pertunjukan tradisional yang juga membawak...

no-img
Wangi Indriya dan Toto Amsar Suanda Berbagi Cerita

Cerita Panji juga tumbuh kembang di tanah Sunda, tidak terkecuali di Indram...

no-img
Mengajarkan Gamelan Sebagai Tradisi Lisan

Bagian kedua: Diplomasi Panji Mengenalkan Budaya Indonesia di Prancis Hari ...

no-img
Diplomasi Panji Mengenalkan Budaya Indonesia di Prancis

Kadek dan Christophe tanpa lelah menjadi duta kebudayaan Indonesia di Pranc...