PenerbitanTerkini

BUKU PERTAMA SEJARAH DAN BUDAYA KERUPUK

no-img
BUKU PERTAMA SEJARAH DAN BUDAYA KERUPUK

Judul:    GURIH ALAMI. KERUPUK KLENTENG RASA ASLI  d/h TAN TJIAN LIEM. Kuliner Legendaris Khas Bojonegoro Sejak 1929

 

Penulis: Henri Nurcahyo

 

Pengantar: Prof. Dr. Purnawan Basundoro, SS, MHum

 

Kontributor Naskah:

  1. Dwi Cahyono, M.Hum,

Dr R. Djoko Prakosa, M.Sn

Heryus Saputro Samhudi

 

Editor:  Henri Nurcahyo, Layli Ramadani

 

Fotografi:

Anto Wardianto, Henri Nurcahyo, Puteri Elysia, Dokumentasi

 

Desain Cover: Andre Adi Wijaya

 

Ukuran Buku    :

15 x 23 cm, xiv + 244 halaman

 

Grafis & Tataletak:

Andre Adi Wijaya

 

Penerbit:

Komunitas Seni Budaya BrangWetan

Email: [email protected]

Website: www.brangwetan.com

Cetakan pertama, Oktober 2023

 

Percetakan: GBW Yogyakarta

 

ISBN :

 

SEMUA orang tahu kerupuk dan pasti pernah merasakannya. Katanya, “makan tanpa kerupuk tidak lengkap rasanya.” Tetapi seberapa jauh orang mengenal kerupuk itu sendiri? Mengapa dinamakan kerupuk? Dari manakah kerupuk berasal? Apa sajakah jenis-jenis dan nama-nama kerupuk yang ada di masyarakat? Apakah kerupuk layak disebut sebagai warisan budaya takbenda?  Yang jelas, kerupuk adalah salah satu bentuk tradisi lisan karena pewarisannya dilakukan secara lisan dan turun temurun. Keberadaan kerupuk selama ini seolah-olah antara ada dan tiada.

Dan yang lebih penting, apakah kerupuk memang tidak layak untuk dibukukan atau dikaji secara ilmiah? Keberadaan kerupuk selama ini seolah-olah antara ada dan tiada. Untuk itulah dihadirkan buku ini untuk mengisi kekosongan literatur mengenai kerupuk, khususnya dalam aspek sejarah dan budaya.

Kerupuk (kadang ditulis krupuk) adalah sejenis makanan ringan yang terbuat dari tepung tapioka dan dikonsumsi sebagai pelengkap makanan pokok berupa nasi atau lainnya.  Pada umumnya kerupuk bukanlah makanan yang dapat “berdiri sendiri” melainkan hanya sebagai pelengkap, sebagaimana juga rempeyek. Berbeda dengan keripik atau rambak yang dapat dikonsumsi secara mandiri. Meski sebetulnya rambak juga digolongkan sebagai jenis kerupuk. Bagi penggemar kerupuk, makan nasi tanpa kerupuk rasanya seperti ada yang kurang dan tidak lengkap.

Kerupuk telah meniti perjalanan yang sangat panjang, lintas waktu, lintas masa, maka ada kerupuk tertentu yang menjadi “benda warisan” dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Kerupuk merupakan produk budaya, maka benda warisan ini dapat dibilang sebagai “warisan budaya (heritage)”. Kerupuk dalam konteks ini merupakan aset budaya yang dimiliki oleh negara atau lebih khusus lagi milik khas dari suatu daerah, yang disebut dengan “heritage lokal (daerah)”. Terbukalah kemungkinan ada suatu jenis kerupuk tertentu yang jadi ikon daerah, sebab ketenaran daerah itu justru karena kerupuk tersebut. Dalam hal ini Kerupuk Klenteng Rasa Asli (Kerupuk Abang Ijo) sudah menjadi salah satu ikon Kabupaten Bojonegoro lantaran memiliki kesejarahan yang panjang (sejak tahun 1929) hingga dikelola oleh generasi keempat sekarang ini.

Keberadaan kerupuk sudah sangat populer di masyarakat berbagai lapisan dan menyebar ke berbagai penjuru, namun ternyata nyaris tidak ada literatur yang membahas kerupuk, khususnya dari aspek sejarah dan budaya. Selama ini diketahui sangat banyak sekali jenis-jenis kerupuk berdasarkan bentuk, rasa, asal daerah, bahan pembuatan, dan juga cara pembuatannya. Kerupuk juga menyebar ke berbagai daerah di seluruh nusantara dan banyak negara di dunia, serta menjadi penganan masyarakat semua lapi-san.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kerupuk sudah sangat populer, terdapat di berbagai penjuru Nusantara, dan memiliki keragaman yang sangat banyak. Dari fakta di atas maka dilakukan penelusuran pustaka, meski masih belum maksimal, dapat menjawab permasalahan. Keterbatasan pustaka ini dilengkapi dengan wawancara kepada pelaku usaha kerupuk serta melakukan observasi partisipan. Karena itu, meski dengan keterbatasan tersebut maka dilakukan upaya untuk mendeskripsikan berbagai ragam jenis-jenis kerupuk, menelisik asal mula kerupuk, hingga keberadaan Kerupuk Klenteng Rasa Asli (KKRA) sebagai salah satu ikon kabupaten Bojonegoro.

Kerupuk Abang Ijo atau Kerupuk Klenteng Rasa Asli adalah kerupuk legendaris khas Bojonegoro yang diciptakan oleh Tan Tjian Liem dan Oei Hay Nio tahun 1929,  dibuat tanpa tambahan bahan kimia apapun dan memiliki rasa yang unik, khas Bojonegoro yaitu gurih alami.

Karena itulah buku ini ditulis sebagai jawaban atas kelangkaan literatur tentang sejarah dan budaya kerupuk. Karena kebanyakan literatur tentang kerupuk hanya berkutat soal aspek-aspek teknis belaka. Sama sekali tidak menjurus aspek sejarah dan budaya.

Menurut sejarawan Prof. Dr. Purnawan Basundoro, SS, M.Hum., dalam kata pengantarnya, buku ini merupakan buku yang amat menarik karena tema yang ditulis, yaitu tentang kerupuk. Kerupuk walaupun sangat populer selama ini dipandang sebagai makanan yang kurang menarik dan identik dengan kelas menengah ke bawah. Gengsi kerupuk sebagai sebuah makanan tergolong rendah, sehingga dalam kajian akademik juga kurang menarik. Sampai saat ini buku yang membahas krupuk dalam perspektif budaya, sejarah, atau pun sosial masih sangat jarang, bahkan bisa dikatakan belum ada. Oleh karena itu, buku yang ditulis oleh Henri Nurcahyo ini merupakan buku pemula yang membahas tentang kerupuk.

Henri Nurcahyo membahas kerupuk dengan sangat menarik karena kerupuk diposisikan sebagai benda budaya yang menarik perhatian banyak orang. Masyarakat bukan hanya dilihat sebagai penikmat kerupuk dari aspek benda, yaitu dengan cara dimakan,  tetapi lebih dari itu dalam kacamata Henri Nurcahyo masyarakat menikmati kerupuk sebagai hasil kebudayaan. Alhasil kerupuk adalah benda multidimensi. Sebagai benda budaya kerupuk menjadi simbol dari daerah Bojonegoro, sehingga siapa pun yang sedang menikmati kerupuk, utamanya Kerupuk Klenteng, maka diharapkan akan ingat Bojonegoro. Citra Bojonegoro sebagai sebuah daerah yang cukup terpencil diharapkan akan naik seiring dengan semakin melekatnya Kerupuk Kelenteng di hati masyarakat.

Sebagai benda ekonomi, kerupuk telah ikut menjadi sumber pendapatan banyak orang. Jika sampai saat ini ke-rupuk masih terus dinikmati oleh banyak orang, pada saat bersamaan banyak perut yang masih terjaga kekenyangannya. Rantai ekonomi kerupuk cukup panjang dan masing-masing mata rantai telah menjadi penyelamat orang dari bahaya kemiskinan. Dan dalam perspektif sosial, kegayengan orang ketika ngobrol di warung-warung sambil sarapan pagi tentu saja dalam banyak hal jika karena kerupuk. Sambil makan nasi pecel berlauk kerupuk banyak orang bisa melepas kepenatan karena memiliki kesempatan ngobrol dengan sesama mereka.

Melalui buku ini kita diajak untuk menjelajahi seluk-beluk kerupuk. Kita tidak hanya disuguhi sejarah kerupuk, tetapi juga cara membuat kerupuk. Buku ini akan menjadi buku yang amat penting karena menjadi referensi langka mengenai kerupuk dalam konteks multidimensional. (*)

Pesan? sila kontak langsung penerbitnya: 0812 3100 832

In category: PenerbitanTerkini
Related Post
no-img
BUNGURASIH DESA KUNO

  Penulis : Henri Nurcahyo   Pengantar : Prof Dr Purnawan Basundo...

no-img
CERITA PANJI DARI BANYUWANGI

  Penyunting   : Eivon Radnaksi Rancang Sampul      : Fajar Eka...

no-img
Cerita Cinta 50 Tahun  Wanala Universitas Airlangga

Penulis : A’an Diane Editor : Henri Nurcahyo Kontributor : A’an Diane/ ...

no-img
BUKU PERTAMA SEJARAH DAN BUDAYA KERUPUK

Judul:    GURIH ALAMI. KERUPUK KLENTENG RASA ASLI  d/h TAN TJIAN LIEM. K...

no-img
Dalam Budaya Nusantara Sudah Dikenal Adanya Kesetaraan Gender

GENDER adalah perbedaan peran dan fungsi laki-laki dan perempuan yang diben...

no-img
Menyiasati Cerita Panji agar Cocok untuk Anak

Pengantar Buku: “Cerita Panji Ramah Anak” SUATU ketika sejumla...