MA Darul Ulum Waru, Ahlus Sunnah wal Jamaah

MA Darul Ulum Waru, Ahlus Sunnah wal Jamaah

SIDOARJO: Indonesia itu negara anugerah Allah yang luar biasa, tidak ada bangsa lain yang menerima anugerah seperti ini. Karena itu saya heran ada orang-orang yang baru datang, tidak ikut memerdekakan negeri ini tahu-tahu kemana-mana pidato mencela Pancasila. Yang bener hanya pihaknya sendiri.

Hal itu dikatakan Kepala Madrasah Aliyah Darul Ulum, Waru, Sidoarjo, M. Mustofa, MPd.I. kepada Tim BrangWetan dalam acara kunjungan Kamis (17/9) dalam kaitan program “Cinta Budaya Cinta Tanah Air” yang diselenggarakan selama satu tahun penuh sejak Juli 2020 hingga Juni 2021.

[image src=’/assets/6.jpg’ id=’220′ width=’600′ height=’450′ class=’leftAlone ss-htmleditorfield-file image’ title=’6′]

Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dan melengkapi kegiatan lokakarya (workshop) dalam jaringan (online) yang memang memiliki keterbatasan karena tidak dapat melakukan tatap muka dalam jumlah besar. Karena itu BrangWetan mengunjungi satu persatu sekolah yang menjadi target kegiatan program selama satu tahun tersebut sebagai upaya kreatif untuk menyiasati keterbatasan akibat pandemi Covid-19.

Karena itu Mustofa sangat mengapresiasi program BrangWetan yang menjaga kebhinekaan dengan jalan kebudayaan. Hampir semua pimpinan desa pimpinan NU ternyata merupakan alumni MA Darul Ulum, meskipun ada juga yang menjadi TNI dan Polisi. Dalam rangka menjaga Indonesia dan ahlussunah wal jamaah.

“Kalau Indonesia ini mayoritas ahlussunah wal jamaah insya Allah masih damai,” tegas putra purnawirawan TNI ini.

[image src=’/assets/2-v4.jpg’ id=’221′ width=’600′ height=’450′ class=’leftAlone ss-htmleditorfield-file image’ title=’2 v4′]

MA Darul Ulum ini berada di bawah Yayasan Amanu (Amanat Nahdlatul Ulama) dimana terdapat dua jenis sekolah, yaitu sekolah agama yang terdiri dari Madrasah Tsnawiyah (MTs) dan MA, juga SMP dan SMA dengan nama Wachid Hasyim sore harinya sebagai bagian dari sekolah dengan nama yang sama di Sidotopo Surabaya.

Berdiri tahun 1969 berupa Pendidikan Guru Atas (PGA) yang didirikan oleh MWC NU Waru, sekolah di kawasan desa Kureksari ini memiliki siswa 1.162 yang terbagi dalam 33 kelas, merupakan MA swasta terbesar di Sidoarjo, meskipun tanpa dukungan keberadaan pondok sebagaimana di MA lainnya.

Sebagai sekolah swasta, MA Darul Ulum memiliki keterbatasan manakala siswa tidak masuk sekolah karena alasan pandemi maka sedikit sekali yang mau membayar SPP. Hanya sekitar 10 persen yang mau  transfer ke rekening sekolah. Namun ketika diadakan tatap muka siswa yang membayar SPP di atas 60 persen.

Kelompok Banjari dari sekolah ini sudah melanglang kemana-mana dan pernah menjadi juara Jawa Timur. Perguruan silat Pagar Nusa juga sudah mencapai taraf nasional.

Sementara sosok Kepala MA ini adalah seorang aktivis sejak masih muda. Wakil Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin (alm) adalah kadernya. Mulai dari IPPNU hingga menjadi anggota Ansor. Mustofa juga pernah menjadi anggota Dewan Syuro PKB Sidoarjo yang belakangan lebih memilih aktif di NU karena menganggap “tidak ada lagi penghormatan kepada orangtua” yang mendirikan PKB.

[image src=’/assets/9.jpg’ id=’222′ width=’600′ height=’450′ class=’leftAlone ss-htmleditorfield-file image’ title=’9′]

Lahir 14 September 1959, jabatan yang masih disandangnya adalah Ketua Umum Lembaga Pendidikan Maarif Waru dan merangkap Ketua I LP Maarif NU Sidoarjo, ketua MKKS Madrasah Aliyah Sidoarjo dan bendahara organisasi kepala sekolah SMA Negeri dan Swasta Sidoarjo, bahkan menjabat Ketua MUI Waru.

Mulai mengajar tahun 1985, setahun berikutnya sudah menjadi kepala sekolah di Wedoro hingga selama 13 tahun, kemudian menjadi Waka MA Darul Ulum tahun 1999 hingga 2004, dan selanjutnya menjabat Kepala Sekolah hingga sekarang.

Sejak program “Cinta Budaya Cinta Tanah Air” dari BrangWetan ini dilangsungkan bulan Juli yang lalu, acara pertemuan digelar melalui daring (online) sebanyak dua kali, yaitu Focus Group Discussion (FGD) bulan Juli dan Workshop Penguatan Toleransi,  bulan Agustus belum lama ini.

Garis besar program tersebut adalah:     Program pelatihan berkelanjutan untuk menumbuh-suburkan dan memperkuat kesadaran berbangsa, cinta budaya dan cinta tanah air di kalangan remaja/pelajar. Dan juga, meningkatkan Kemampuan Komunitas Sekolah dalam Mempromosikan Toleransi Melalui Seni Budaya.

Sepuluh sekolah yang menjadi target kunjungan adalah SMP Negeri 1 Sukodono, SMP Negeri 1 Taman, Madrasah Aliyah Bahauddin (Taman), SMA Jati Agung (Taman), SMP Negeri 1 Waru, Madrasah Aliyah Darul Ulum (Waru), Madrasah Aliyah Nurul Huda (Sedati)), SMPN 1 Sedati, SMPN 1 Gedangan dan SMAN 1 Gedangan. (h)

In category:
Related Post
no-img
Guru Penggerak Juga Menggerakkan Toleransi di Sekolah

SIDOARJO: Para Guru Penggerak memiliki tugas utama sebagai inisiator pembel...

no-img
Perwakilan USAID Kunjungi SMPN 1 Taman, Sidoarjo

SIDOARJO: SMPN 1 Taman Sidoarjo mendapat kehormatan menerima kunjungan perw...

no-img
Siswa Jadi Agen Perubahan Wujudkan Toleransi di Sekolah

MOJOKERTO: Para siswa dapat menjadi agen toleransi dan perubahan untuk mewu...

no-img
Ekosistem Toleransi Berlaku untuk Semua Warga Sekolah

SIDOARJO: Mewujudkan Sekolah Toleransi tidak hanya sebatas ucapan dan admin...

no-img
Tiga SMPN Sidoarjo Jadi Percontohan Sekolah Toleransi

PASURUAN:  Program Sekolah Toleransi yang dilaksanakan oleh Komunitas Seni...

no-img
Kasus Intoleransi Meningkat, Insan Pendidikan Harus Rapatkan Barisan

PASURUAN:  Kasus intoleransi di Indonesia mengalami peningkatan drastis. D...