MENUJU FORMULA SEKOLAH TOLERANSI
SIDOARJO: Program “Cinta Budaya Cinta Tanah Air” (CBCTA) yang sedang dilakukan oleh Komunitas Seni Budaya BrangWetan bersama dengan Harmoni diharapkan dapat menciptakan suatu formula yang nantinya dapat disinergikan dalam program pendidikan. Di samping itu diharapkan formula, panduan, atau semacam software tersebut dapat diterapkan di sekolah-sekolah lainnya.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Sidoarjo, Drs. Lutfi Isa Anshori, MM., menyampaikan hal itu ketika menerima kunjungan Tim Harmoni Jakarta dan Komunitas Seni Budaya BrangWetan, Kamis (7/4/22). Ikut mendampingi Lutfi adalah Mujiati Srihartiyatni, Pengawas SMA Kabupaten Sidoarjo.
Mewakili Tim Harmoni, Alto Labetubun menuturkan, bahwa Harmoni adalah program penguatan masyarakat untuk membendung ekstremisme dan bahaya radikalisasi. Kerjasama dengan BrangWetan dimaksudkan untuk membangun kemampuan sekolah, khususnya siswa dan guru dengan menggunakan pendekatan budaya sehingga mereka bisa inklusi, bisa memiliki daya tangkal dan daya tahan yang kuat terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Kebetulan di tingkat nasional program BrangWetan ini sudah dikenal oleh Kemendikbud, khususnya Direktorat Sekolah Menengah Atas.
Ditambahkannya, bahwa Kemendikbud Ristek secara tegas mengecam tiga dosa besar di dunia pendidikan yaitu kekerasan seksual, intoleransi/radikalisme, dan perundungan. Pendekatan budaya yang dilakukan oleh BrangWetan, khususnya untuk mengatasi radikalisme merupakan salah satu khasanah yang dimiliki oleh Kabupaten Sidoarjo. Dengan demikian apa yang sudah dan akan dilakukan oleh BrangWetan dapat menjadi model dan diadopsi oleh Dinas Pendidikan untuk penguatan karakter siswa dan guru.
Dalam pertemuan tersebut Lutfi Isa Anshori menyambut baik program yang dilakukan oleh BrangWetan dengan dukungan Harmoni. Diingatkan, bahwa selama ini sudah ada program di sekolah berupa intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Misalnya, ada program yang hampir sama yaitu “Sekolah Ramah Anak”, yang programnya mengarah pada anti perundungan. Karena itu Sekolah Toleransi yang digagas oleh BrangWetan agar memiliki ciri khusus yang membedakan dengan program-program yang lain. Yang sudah nampak pembeda itu adalah melalui pendekatan budaya. Ini sangat menarik, tinggal bagaimana bentuk idealnya sehingga menjadi kegiatan riil yang dapat diimplementasikan.
Sedangkan Sekolah Toleransi lebih menekankan bagaimana membentengi para siswa dan juga guru agar tidak mudah terpengaruh oleh radikalisme dan ekstrimisme dengan metode pendekatan budaya. Tinggal nanti implementasi di lapangan nanti bentuknya seperti apa. Dalam kaitan ini maka Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wilayah Sidoarjo siap membantu sepanjang masih berada dalam kewenangannya yaitu Sekolah Menengah Atas, baik negeri maupun swasta.
Program CBCTA yang dilakukan oleh BrangWetan bersama dengan Harmoni Jakarta kali ini memasuki tahun kedua. Tahun lalu (2020 – 2021) menyasar 10 (sepuluh) sekolah yang terdiri dari 5 (lima) SMP dan 5 (lima) SMA/MA di 5 (lima) kecamatan yaitu Sedati, Gedangan, Waru, Taman dan Sukodono. Dari 10 (sepuluh) sekolah tersebut tahun ini (2022 – 2023) hanya dipilih 5 (lima) sekolah yaitu SMAN 1 Gedangan, MA Nurul Huda Sedati, SMPN 1 Gedangan, SMPN 1 Waru, dan SMPN 1 Taman. Dalam hal ini Harmoni dan BrangWetan menjadi semacam laboratorium sehingga nantinya dapat ditemukan formula yang dapat diadopsi di sekolah-sekolah lainnya.
Ditekankan kembali oleh Lutfi, bahwa apa yang sudah dan akan dilakukan di SMAN 1 Gedangan dan MA Nurul Huda Sedati dapat berimbas atau diterapkan di sekolah-sekolah lainnya. Jadi bagaimana mengemas program ini sedemikian rupa sehingga orang lain kalau membaca sudah dapat menerapkannya.
Hal senada disampaikan oleh Mujiati Srihartiyatni, semoga sinergisitas antara program sekolah dan program yang dibawa Harmoni bersama BrangWetan benar-benar menjadi sebuah produk yang diimplementasikan oleh sekolah menjadi karya praktik-praktik baik di ruang belajar sekolah. Sehingga adanya pembeda program ini dengan program sebelumnya maka dengan berjalannya waktu akan terwujud.
Ditambahkan oleh Alto, bahwa apa yang sudah dilakukan oleh Harmoni dengan Universitas Muhammadiyah di Solo bisa menjadi rujukan, yaitu bagaimana melakukan revitalisasi terhadap kurikulum Pancasila. Di mana MKDU Pancasila dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menjadi menarik bagi mahasiswa. Selain itu juga membuat klasifikasi dosen pengajar Pancasila sehingga tercipta model yang dapat ditularkan ke seluruh perguruan tinggi yang berada di lingkup Muhammadiyah.
Pada penghujung pertemuan, Manager Program Cinta Budaya Cinta Tanah Air, Masrullah, mengatakan bahwa dalam waktu dekat akan diadakan Focus Discussion Group (FGD) dengan para pemangku kepentingan pendidikan di Sidoarjo, pelatihan guru-guru dan siswa, hingga akhirnya ada pencanangan Sekolah Toleransi.
Bersama dengan Alto, juga ikut mendampingi Tim Harmoni lainnya, yaitu Antarini Arna (Rino), Nunus Subandi, Intan dan Orissa Sofyan (Ocha), (h)