Pelajar Surabaya Sinau Balai Pemuda
SURABAYA: Aliansi Pelajar Surabaya (APS), menjalin kerjasama dengan Forum Budaya Surabaya, Komunitas Seni Budaya BRANGWETAN dan SMK YPTD Dr Soetomo Surabaya menyelenggarakan acara “Ngopeni Bareng Balai Pemuda. Diskusi dan Wisata Edukatif” Sabtu (23/12) yang lalu. Acara ini merupakan tekad bersama untuk tetap menjaga kompleks Balai Pemuda Surabaya sebagai oase budaya. Bahwasanya Balai Pemuda bukan hanya milik warga kota Surabaya saja namun sudah menjadi ikon nasional dan sudah ditetapkan sebagai cagar budaya.
Ketua APS, Seno Bagaskoro, memulai acara ini dengan pemantapan tekad dari kalangan pelajar yang tidak mau ketinggalan dengan para seniman yang telah belakangan ini berjuang mempertahankan kompleks Balai Pemuda untuk tidak dijarah dengan perluasan gedung DPRD Kota Surabaya. Meski diselenggarakan pada saat liburan, sekitar 50 pelajar hadir dan bersemangat mengikuti tahapan acara.
Sebagai salah satu narasumber, seniman teater dan ludruk Meimura, mengudar pengalamannya selama berproses kesenian di Kompleks Balai Pemuda. Bahwa di tempat ini pernah diselenggarakan Parade Seni Surabaya 700 pada tahun 1993, Festival Seni Chairil Anwar, Parade Seni WR Supratman tahun 1995, dan beberapa kali diadakan Festival Seni Surabaya (FSS).
“Tidak perlu minder karena masih muda dan pelajar untuk berbuat kepahlawanan,” tegas Henri Nurcahyo selaku narasumber. Ketua Komunitas Brangwetan ini menguraikan panjang lebar perihal sejarah Balai Pemuda sejak era kolonial sebagai tempat hura-hura bagi nonik-nonik dan tuan-tuan Belanda. Sedemikian eksklusifnya sampai-sampai dipasang pengumuman “Anjing dan Pribumi Dilarang Masuk.”
Di Balai Pemuda pula pernah dijadikan markas Pejuang Republik Indonesia (PRI), pernah jadi pusat perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, markas KAMI-KAPPI ketika menghadapi PKI. Berbagai peristiwa monumental juga menjadikan Balai Pemuda sebagai pusat kegiatan seperti Festival Film Indonesia (FFI), Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-VII, kampus Akademi Seni Rupa Surabaya (Aksera) dan sekretariat Bengkel Muda Surabaya (BMS) dan Dewan Kesenian Surabaya (DKS) hingga sekarang ini.
Seniman film Semar Suwito menambahkan pengalamannya ketika ikut membantu produksi film bersama Gatut Kusumo dan Imam Tantowi, juga di Balai Pemuda ini.”Saya menjadi saksi, bahwa ketika Gombloh menciptakan lagu Kebyar-kebyar juga terjadi di sini,” tegas Semar.
Setelah semua peserta diajak keliling kompleks Balai Pemuda, acara diakhiri dengan menyanyikan bersama lagu legendaris itu, “Kebyar-kebyar” ciptaan Sudjarwoto alias Gombloh. (hnr)