Beritaseni rupaTerbaru

Pertama Kali Pamer dan 30 Tahun Berkarya

no-img
Pertama Kali Pamer dan 30 Tahun Berkarya

WICARA Seniman yang diselenggarakan dalam rangkaian ARTSUBS di selasar Balai Budaya Surabaya, Rabu sore (27/8/25), tak ubahnya pertemuan dua dunia:. Antara seniman senior dan arsitek yang menjadi perupa. Endang Lestari (1976), perupa keramik yang memiliki jam terbang 30 tahun menekuni keramik, bertemu dengan Hermawan Dasmanto (1980) yang selama ini dikenal sebagai arsitek.

Tari, demikian panggilannya, lahir di Banda Aceh dan saat ini tinggal dan kerja di Yogyakarta. Ia telah menempuh pendidikan Seni Rupa dan program Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni Rupa di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Dalam karya Whispers in the Shape of Silence (2025) (suara tersembunyi dan bentuk sebagai medium keheningan), Tari menjelajahi ketegangan antara yang tidak teratur dan yang terstruktur, antara ekspresi bebas dan simbol yang acak. Teknik Raku yang digunakan memperkuat unsur spontanitas dan keterbukaan hasil.

Bentuk bulat berongga sebagai representasi tubuh/ jiwa yang rentan namun hidup. Bata berwarna hangat menjadi landasan karya yang statis dengan pola dan simbol di permukaannya tampak seperti kode namun tak terbaca bagian dari metafora dari cara manusia mencoba memahami dunia melalui sistem bahasa, angka dan gambar, tapi sistem ini seringkali tidak mampu menangkap kompleksitas emosi, memori, dan spiritualitas.

“Karya-karya yang menggunakan bahan terakota ini berangkat dari ketertarikan saya terhadap tanah sebagai medium yang menyimpan dimensi material dan spiritual secara bersamaan. Dalam praktiknya, saya berupaya menghadirkan tanah bukan sebagai ilustrasi atau simbol semata, tetapi sebagai unsur yang memiliki suara dan makna intrinsik,” tuturnya.

Tari telah berpartisipasi dalam berbagai pameran dan residensi di Indonesia dan luar negeri. Saat ini ia sedang mempersiapkan pameran tunggalnya yang ke-9, beberapa pameran yang sudah digelar: TITEN, Jogja Biennale 17 (2023); Endless: Me and Other, Leichtenstain Triennale; dan lokakarya keramik Kunschule Leichtenstain, Swiss dan Austria (2021).

Sedangkan Hermawan Dasmanto, ternyata baru kali ini mengkuti pameran seni rupa setelah sekian lama bergelut dengan dunia arsitektur sebagai profesinya. Menurut Nirwan Dewanto, salah satu kurator ARTSUBS yang kali ini menjadi moderator, memang sengaja mengundang Iwan, panggilannya, untuk menampilkan karya yang bukan arsitektur murni. ARSUBS tahun lalu sudah menghadirkan arsitek Andra Martin dan arsitek dari luar, maka kali ini, mengundang arsitek dari Surabaya sendiri.

Hermawan Dasmanto lahir di Surabaya, menyelesaikan pendidikan arsitektur di Universitas Kristen Petra, Surabaya pada tahun 2003.  Selain menjadi pendiri  biro arsitek ARA Studion, Iwan juga dikenal sebagai kurator untuk beberapa pameran arsitektur dan konsultan sejumlah proyek ruang publik vital di beberapa kota di Indonesia. Salah satu karya arsitekturnya adalah gedung Orasis Art Space Surabaya.

Dalam hajatan kali ini dia berkolaborasi dengan Sungryul  Jun dari Korea Selatan untuk membuat instalasi Looped Echoes yang memadukan konsep arsitektur dengan seni patung dalam material terakota.   Sungryul Jun adalah periset desain spasial sekaligus seniman yang saat ini tinggal dan bekerja di antara Belanda dan Jerman. Metode seni kontemporer Sungryul menggabungkan antara riset dan desain untuk mengeksplorasi bagaimana warisan budaya dapat diinterpretasikan melalui patung dan instalasi. Ia menggunakan teknik digital dan tradisional untuk membuat objek yang dapat menghubungkan memori, material, dan bentuk.

Ketika ditanya pengalaman pamerannya, Iwan mengaku terus terang bahwa baru kali ini dia berkarya seni instalasi yang dihadirkan di sebuah pameran. Itupun karena dihubungi kurator dan baru menyiapkan karya seminggu kemudian. (henri nurcahyo)

 

In category: Beritaseni rupaTerbaru
Related Post
no-img
Pertama Kali Pamer dan 30 Tahun Berkarya

WICARA Seniman yang diselenggarakan dalam rangkaian ARTSUBS di selasar Bala...

no-img
Toean Markoen: Bising dan Sampah yang Mencekik Kemanusiaan

Catatan Henri Nurcahyo   TEATER API Indonesia (TAI) menghadirkan pertu...

no-img
Arahmaiani, Sempat Dituding Darahnya Halal

Catatan Henri Nurcahyo    MESKI sekilas tampak sederhana, dua karya A...

no-img
Semalam di Madura (3- habis): Hari Ghulur dan Doa yang Bergemuruh di Atas Seng

Catatan Henri Nurcahyo   PADA mulanya Tari Topeng Lur-Gulur  tumbuh d...

no-img
Semalam di Madura (2): “Gatot Kaca Kembar” Topeng Dalang Sumenep

Catatan Henri Nurcahyo LAKON “Gatot Kaca Kembar” Sanggar Topeng Dalang ...

no-img
Kontemporer dan Tradisi dalam Semalam di Madura

Catatan Henri Nurcahyo PENAMPILAN tiga repertoar yang mengisi acara SUBS-PE...

  • 2,949
  • 21