Guru-guru MGMP IPS Sidoarjo Belajar Panji
SIDOARJO: Para guru tingkat SMP yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kabupaten Sidoarjo tertarik belajar mengenai Budaya Panji dan kaitannya dengan sejarah. Karena itu dalam pertemuan rutin bulanan yang digelar Kamis lalu (15/2) bekerjasama dengan Komunitas Seni Budaya BrangWetan mendatangkan penulis buku Budaya Panji Henri Nurcahyo.
Acara yang berlangsung di SMP Negeri 1 Sidoarjo itu diikuti oleh sekitar 40 guru IPS yang tertarik dengan Budaya Panji sebagai bekal untuk bahan mengajar sejarah. Menurut Mahmud Yunus, ketua MGMP IPS Sidoarjo, dalam setiap pertemuan rutin ini selalu diisi dengan hal-hal yang dapat menambah wawasan bagi para guru. Kali ini selain belajar mengenai Budaya Panji, mereka juga langsung menuju Candi Pari sebagai objek studi dan sekaligus rekreasi.
Dalam pemahaman secara umum Henri Nurcahyo memaparkan, bahwa Cerita Panji itu mengisahkan percintaan antara Raden Panji Inu Kertapati dari kerajaan Jenggala dan Dewi Sekartaji dari kerajaan Kadiri. “Nah, kalau selama ini Sidoarjo mengklaim sebagai Jenggala, sudah seharusnya kita mengenal Cerita Panji, jangan hanya Kediri saja,” tutur ketua Komunitas Brangwetan ini. Selama ini, tambah Henri, Kota Kediri sudah mengklaim sebagai Kota Panji, sedangkan Kabupaten Kediri menyebut sebagai Bumi Panji. Nah, bagaimana dengan Sidoarjo?
Cerita Panji memang bukan kisah sejarah, melainkan “dongeng yang disejarahkan” tetapi banyak hal terkait dengan sejarah yang dapat dipelajari dari Cerita Panji. Adalah fakta yang menarik bahwa Cerita Panji terdapat dalam banyak seni pertunjukan, dituliskan di ratusan naskah yang tersebar hingga ke berbagai negara, bahkan direliefkan di belasan candi. Hal ini membuktikan bahwa Cerita Panji bukan sekadar dongeng biasa. Cerita Panji adalah simbol ketahanan budaya nusantara pada masa Majapahit dalam hegemoni budaya India. (hnr)