
PAMERAN BESAR SENI RUPA 2018 : “Panji sebagai Penguat Karakter Bangsa”
- Pameran utama: 15 September – 12 Oktober 2018 09.00 – 21.00 WIB
- Resepsi pembukaan: 15 September 2018 18.30–21.00 WIB Akan dibuka oleh: Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI: Muhadjir Effendy)
- Resepsi penutupan: 12 Oktober 2018 18.30–21.00 WIB
- Lokasi Pameran
- Graha Pancasila Balai Kota Among Tani, Jl. Panglima Sudirman 507, Kota Batu Jawa Timur
- Rumah Dinas Walikota Batu (Balai Kota Lama), Jl. Panglima Sudirman 98, Kota Batu Jawa Timur
ACARA PENDUKUNG
- Kunjungan dan sharing ke studio para perupa Kota Batu 16 September 2018 09.00 – 16.00 WIB
- Dialog Budaya Panji: 16 September 2018 18.30 – 21.00 WIB
Narasumber: Prof. Henricus Supriyanto Dwi Cahyono Soleh Adi Purnomo
Moderator: Djuli Djatiprambudi
- Wisata dan berkarya bersama Lokasi: Coban Talun & Museum Angkut 17 September 2018 09.00 – 17.00 WIB
- Artist Talk 17 September 2018, pukul 18.30 – 21.00 WIB
- Workshop Tradisi Topeng Panji (Untuk SD/SMP) 18 September 2018 pukul 09.00 – 12.30 WIB
- Workshop Recycle Art (Untuk SD/SMP) 18 September 2018, pukul 13.00 – 15.30 WIB
Selain rangkaian acara pendukung tersebut, Pemerintah Kota Batu juga menggelar acara parallel event bertajuk “Desa Berdaya Kota Berjaya” di sekitar lokasi pameran, yaitu:
- Pameran Keris di loby Gedung Among Tani Kantor Walikota Batu
- Gelar produk kreatif UMKM Kota Batu di kawasan halaman Graha Pancasila
- Stand Seni Rupa dan Kerajinan Tangan di halaman Graha Pancasila
- Panggung Pertunjukan Seni di setiap Sabtu & Minggu Malam selama berlangsungnya PBSR 2018
- Program Apresiasi Seni, kunjungan siswa-siswa sekolah, dimotori oleh Dinas Pendidikan Kota Batu
- F. ASAL PESERTA PAMERAN
- • Tangerang : 1 orang • Bekasi : 3 orang • DKI Jakarta : 1 orang • Bandung : 4 orang • Yogyakarta : 12 orang • Magelang : 5 orang • Semarang : 6 orang • Purwokerto : 2 orang • Salatiga : 1 orang • Kudus : 1 orang • Klaten : 1 orang • Cilacap : 1 orang • Pasuruan : 4 orang • Tulungagung : 4 orang • Batu ; 16 orang • Blitar : 1 orang • Kediri : 1 orang • Gresik : 5 orang • Lumajang : 1 orang • Bangkalan Mdr : 1 orang • Pamekasan Mdr : 2 orang • Sumenep Mdr : 2 orang • Magetan : 2 orang • Mojokerto : 2 orang • Ngawi : 1 orang • Pacitan : 1 orang • Tuban : 1 orang • Sidoarjo : 2 orang • Surabaya : 10 orang • Malang : 7 orang
TIM KURATOR
- Curator : Dr. Djuli Djatiprambudi, M.Sn
- Co-Curator : Asy Syams Elya Ahmad, M.Ds
TOTAL PESERTA PAMERAN ADALAH 101 ORANG
- Peserta undangan : 77 orang
- Peserta terpilih seleksi open call : 24 orang
Penyelenggara:
Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Pemerintah Kota Batu
- PENDAHULUAN
Pameran Besar Seni Rupa (PBSR) yang diselenggarakan oleh Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merupakan acara tahunan yang akan memamerkan karya-karya perupa Indonesia. Bila di tahun-tahun sebelumnya, karya yang dipamerkan merupakan karya perupa perwakilan dari 34 provinsi di Indonesia, maka tahun ini PBSR 2018 akan menerapkan format baru, yaitu jangkauan wilayah kuratorialnya difokuskan pada lokus tempat di mana PBSR diselenggarakan, pada tahun ini Pulau Jawa dan Madura. Hal ini menjadi sangat beralasan sebagai upaya penguatan sumber daya kebudayaan suatu daerah yang lebih fokus dan merepresentasikan lokus kultural serta pencapaian artistik mutakhir di daerah tersebut, sehingga bukan lagi sekadar selebrasi.
PBSR 2018 ini akan diselenggarakan di Kota Batu, Jawa Timur. Terpilihnya kota Batu sebagai tempat (venue) penyelenggaraan PBSR 2018 berkat kerja sama antara Direktorat Kesenian dan Pemkot Batu. Sebagai venue PBSR, kota Batu memiliki daya dukung sumberdaya yang sangat baik, yaitu meliputi; gedung utama pameran, penginapan peserta, sarana transportasi, dan didukung atmosfir kesenirupaan kota Batu yang telah tumbuh dan berkembang sangat baik. Di kota yang terkenal sebagai kota dingin dan kota wisata di lereng gunung Arjuna ini, terdapat banyak perupa aktif yang didukung komunitas seni bernama Pondok Seni Batu yang telah berdiri sejak dekade 1980-an. Di kota Batu juga terdapat infrastruktur seni pendukung yang aktif menyelenggarakan aktivitas seni dan kebudayaan, seperti; Galeri Raos, Omah Budaya Slamet (OBS), studio seni milik para seniman yang tersebar di kota Batu, dan peristiwa seni (art event) lain yang sedang disiapkan bebarengan dengan PBSR 2018, yaitu; September Art Month dan September Open Studio (SepOS), Omah Mikir (OM), dsb. Sehingga penyelenggaraan PBSR gayut antara program pusat dengan program lokal setempat yang akan makin mendukung terwujudnya sinergi dan kolaborasi yang baik sebagai upaya strategi kebudayaan dan juga membangun industri kreatif semakin meningkat.
- TEMA DAN KURATORIAL PBSR ke 6 mengusung tema “Panji sebagai Penguat Karakter Bangsa” yang dimaksudkan untuk mendukung wacana INDONESIANA yang merupakan program Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud dan Festival Panji yang diselenggarakan di Jawa Timur yang juga merupakan bagian dari program INDONESIANA.
Cerita Panji atau lebih luasnya budaya Panji adalah sebuah narasi besar berlatar belakang sejarah purba Indonesia. Budaya Panji yang didasarkan pada cerita Panji secara kultural telah berkembang dalam berbagai bentuk narasi tektual (sastra tulis), narasi oral (sastra lisan), narasi seni pertunjukan tradisional, dan narasi visual (budaya visual) yang tersebar di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga ke Sumatera, Kalimantan, bahkan penyebarannya hingga ke Malaysia. Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Laos. Namun demikian, cerita Panji telah diakui secara luas berpusat di Jawa Timur karena cerita Panji telah mengejawantah dalam berbagai ekspresi seni.
Menurut Kieven (2014) cerita Panji sangat populer pada zaman Majapahit. Hal ini ditunjukkan oleh kedudukannya dalam budaya istana Majapahit dan banyaknya penggambaran cerita Panji pada relief naratif di candi-candi Majapahit. Seiring dengan meluasnya kekuasaan Majapahit, cerita Panji kemudian menyebar luas ke berbagai daerah di Nusantara. Bentuknya antara lain mengejawantah dalam berbagai artefak visual; yang populer yaitu berupa wayang beber dan wayang topeng.
Cerita Panji memiliki aneka kisah dengan alur cerita utama yang sama. Dalam wayang beber di daerah Pacitan misalnya, cerita Panji berpangkal dari kisah romantika antara Dewi Sekartaji dan Panji Asmarabangun (Jaka Kembang Kuning). Dikisahkan liku-liku perjuangan Panji Asmarabangun yang mencari Dewi Sekartaji yang murca (menghilang) dari kerajaan Majapahit demi menemukan cinta sejati. Panji Asmarabangun atau disebut Jaka Kembang Kuning dalam perjalanan mencari Dewi Sekartaji meyakini adanya nilai kesetiaan sebagai dasar utama dalam memperoleh kesejatian hidup dan cinta. Pada cerita ini tergambar kegigihan, kewaskitaan, integritas, dan pengorbanan Panji Asmarabangun dalam menjalankan tugas yang telah diikrarkan di hadapan Prabu Brawijaya (Prabu Hamijaya) untuk menemukan Dewi Sekartaji.
Sekalipun dalam lakon menemukan Dewi Sekartaji menghadapi banyak rintangan, tetapi berkat tekat yang kuat Panji Asmarabangun, semua rintangan berhasil diatasinya. Struktur cerita macam itu dalam seni wayang beber di Pacitan diungkapkan secara visual melalui 24 jagong. Setiap jagong mengandung sejumlah adegan, yang digambarkan melalui bentuk wayang beber dengan kekhasan bahasa ungkapnya. Hal ini dapat dilihat dari bentuk gambar (wimba) dan cara menggambar (cara wimba) wayang beber yang memperlihatkan keunikan; yaitu dengan membagi-bagi tafril (bidang gambar) ke dalam beberapa dimensi/ruang (depan, tengah, belakang, kiri, kanan, atas, dan bawah) untuk menggambarkan posisi tokoh, latar (setting), dan suasana. Dengan cari ini, wayang beber bisa menggambarkan tempat dan waktu secara relatif, serta hadir secara bersama.
Dalam konteks kekinian, cerita Panji bisa ditafsir ulang dengan mengambil setting persoalan bangsa yang tengah mengemuka. Secara mendasar hakikat Panji adalah tentang ibu pertiwi, nilai-nilai luhur dalam perjuangan serta filosofi terntang ibu pertiwi. Di era milenial seperti yang terjadi sekarang, sosok yang memiliki kepribadian (soft skill) seperti diperlihatkan tokoh Panji Asmarabangun makin hari makin langka. Manusia yang tulus ikhlas dalam mengemban tugas, memiliki integritas, dan tanggungjawab tinggi, makin hari makin tidak banyak ditemukan. Manusia banyak terjebak pada libido kekuasaan dengan menghalkan segala cara, yaitu dengan menempuh jalan instan untuk meraihnya, diimbuhi tidak berbekal kompetensi yang memadai. Akibatnya, bangsa ini makin diwarnai pencemaran moralitas yang terjadi di mana-mana. Dan yang menjadi paradoks adalah mereka satu sama lainnya saling menelanjangi dirinya dengan retorika yang banal dan cenderung irasional. Omongan dan perilakunya tidak menggambarkan kesatuan tindakan yang terkonsep secara holistik dan otentik.
Hal demikian berbanding terbalik dengan karakter yang dipertontonkan Panji Asmarabangun. Atas dasar struktur narasi cerita Panji versi wayang beber macam itu, pameran ini hendak mengeksplorasi lebih jauh kemungkinan-kemungkinan bentuk estetik visual sebagai fenomena reinterpretasi kreatif para perupa. Yang ingin dilacak lebih jauh adalah hadirnya pengembangan konsep, relasi konteks sosial-kultural masa kini, eksplorasi media, teknik, dan ungkapan simbolik, yang menawarkan kebaruan (novelty). Ragam bentuk, jenis, dan format yang ingin dijangkau berupa seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi dengan pendekatan kekaryaan monodisiplin, yaitu berbasis medium, teknik, gaya yang tunggal (monotekstualitas) dan pendekatan interdisiplin, yaitu berbasis persilangan antar medium, antar teknik, antar gaya (intertekstualitas).
- PENGANTAR KURATORIAL
“Cerita Panji dalam Tafsir Visual Kontemporer” Cerita Panji sebagai dasar konsep penciptaan seni rupa kontemporer memiliki tantangan tersendiri. Tantangannya terletak pada perbedaan pemahaman, penghayatan, dan tafsir para perupa mengenai historisitas cerita Panji yang populer di Jawa Timur itu, yang secara faktual meninggalkan jejak-jejak ekspresi seni yang bermacam-ragam; relief di sejumlah candi, kesenian wayang topeng, wayang beber, batik tulis, dsb.
Popularitas cerita Panji bahkan tersebar ke berbagai wilayah Indonesia, bahkan tersebar ke sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara. Di tempat-tempat tersebut cerita Panji berkembang dengan memperlihatkan varian bentuk estetik yang kaya dan unik, selaras dengan latar belakang kebudayaan di mana cerita Panji tumbuh dan berkembang. Selaras dengan fakta kultural tersebut, pameran ini ingin memberikan gambaran adanya hibridasi ungkapan estetik antara kelokalan dan kekontemporeran. Hibridasi ini terbentuk melalui hubungan pengetahuan, imajinasi, dan intuisi antara ide dasar yang terkandung dalam cerita Panji dengan aspirasi seni rupa kontemporer dari 101 perupa yang berasal dari sejumlah daerah di Jawa dan Madura.
Perbedaan latar sosial budaya para perupa tersebut, pada sisi lain membuka peluang hadirnya ruang eksplorasi estetik yang luas. Mengingat para perupa kontemporer diasumsikan berkarya dalam platform “self-interpreting being.” Artinya, tiap-tiap perupa merupakan pribadi yang bebas menafsirkan apa saja dengan otoritas tafsirnya sendiri. Otoritas tafsir tersebut didasarkan atas habituasi kreatif yang selama ini dialami dan dilakukan secara terus-menerus. Karya-karya yang hadir dan yang bisa dinikmati dalam pameran ini segera bisa dipahami sebagai reinterpretasi kritis cerita Panji berdasarkan visi kekinian/kekontemporeran.
Visi ini akan memberikan pengalaman estetik yang berbeda, luas, dan mendalam, terkait dengan pengetahuan primordial kita atas cerita Panji. Karena itu, jangan heran, jika kemudian para perupa memperlihatkan otonomi kreatifnya yang bersifat heterogen, baik dilihat dari perspektif dimensi karya, karakter bentuk, eksplorasi teknik, media, idiom estetik, dan kekhasan personal. Heterogenitas ini yang menarik justru terjadi ketika dunia seni rupa kontemporer yang bersekutu dengan seni rupa global (global art), yang cenderung mendorong seni rupa terkondisi dalam homogenitas.
Hal demikian, bisa terjadi karena adanya selera estetik yang dikapitalisasi secara global melalui isu-isu di global art market. Maka, pameran ini memiliki makna penting justru ketika memunculkan kecenderungan anti tesis dari seni rupa global yang hegemonik secara wacana, provokatif secara visual, dan fantastik dalam bingkai komodifikasi seni. Pameran ini lantas memiliki posisi tawar yang berbeda dalam konteks “glokalitas”, yaitu persilangan antara pengetahuan, pengalaman, dan latar sosio-kultural yang terjadi secara adaptif-kreatif dan inovatif dalam batas-batas kelokalan dan kekontemporeran. Dalam konteks inilah, cerita Panji sebagai basis tematik Pameran Besar Seni Rupa yang terselenggara di Kota Batu kali ini, menegaskan adanya hibridasi estetik yang memiliki posisi tawar untuk berbicara di forum lebih luas karena memiliki akar kultural yang kuat.*** (Kurator – Djuli Djatiprambudi)
Daftar Peserta :
No. NAMA KOTA PROVINSI KARYA
- Akbar – BANDUNG JAWA BARAT – Video Art
- John Martono – BANDUNG JAWA BARAT – Lukis Sutra & Sulam
- Interakta, BANDUNG JAWA BARAT, Seni Media
- Banung Grahita, BANDUNG JAWA BARAT Video Art
- Wahyudin Nafilah Dias Prabu, BANTUL, DI YOGYAKARTA, Lukisan
- Theresia Agustina S BANTUL DI YOGYAKARTA Seni Grafis, Instalasi
- Subandi BANTUL DI YOGYAKARTA Lukisan
- Made Toris Mahendra BANTUL DI YOGYAKARTA Lukisan
- Justian Jafin Wibisono BANTUL DI YOGYAKARTA Lukisan
- Giring Prihatyasono BANTUL DI YOGYAKARTA Lukis Etsa Logam
- Zhirenk BATU JAWA TIMUR Lukisan
- Watoni BATU JAWA TIMUR Seni Grafis
- Suwandi BATU JAWA TIMUR Lukisan
- Sugeng Pribadi BATU JAWA TIMUR Instalasi
- Slamet Hendro Kusumo BATU JAWA TIMUR Lukisan
- Muhamad Syaifudin Zuhri BATU JAWA TIMUR Instalasi
- Muchlis Arif BATU JAWA TIMUR Seni Keramik
- Mochamad Taufik BATU JAWA TIMUR Patung
- Iwan Yusuf BATU JAWA TIMUR Lukisan
- Isa Ansory BATU JAWA TIMUR Lukisan
- Hendung BATU JAWA TIMUR Lukisan
- Fadjar Junaedi BATU JAWA TIMUR Lukisan
- Djoeari Soebardja BATU JAWA TIMUR Lukisan
- Bambang BP BATU JAWA TIMUR Lukisan drawing
- Anwar BATU JAWA TIMUR Lukisan
- Abdul Rokhim BATU JAWA TIMUR Lukisan
- Rifki Andhika Prakarsa BEKASI JAWA BARAT Patung
- Farhanaz Rupaidha BEKASI JAWA BARAT Interactive Art
- Fadhlul Baqi BEKASI JAWA BARAT Lukisan
- Eddy Dewa Pawang Jenar BLITAR JAWA TIMUR Lukisan
- Danni Febriana CILACAP JAWA TENGAH Lukisan
- Sugihartono GRESIK JAWA TIMUR Lukisan
- Subeki GRESIK JAWA TIMUR Lukisan
- Nazil Layin GRESIK JAWA TIMUR Lukisan
- Natsir Amrulloh GRESIK JAWA TIMUR Lukisan
- Ally Wafa GRESIK JAWA TIMUR Lukisan
- Suryo Herlambang JAKARTA DKI JAKARTA Patung
- Idham Chalik KEDIRI JAWA TIMUR Paper quilting
- Hasan KLATEN JAWA TENGAH Instalasi
- Indarto KUDUS JAWA TENGAH Lukisan drawing
- Yosep Arizal LUMAJANG JAWA TIMUR Instalasi
- Suvi Wahyudianto MADURA BANGKLAN JAWA TIMUR Lukisan
- Merry Afganial Susanto MADURA PAMEKASAN JAWA TIMUR Lukisan
- Taufiq Rahman MADURA SUMENEP JAWA TIMUR Lukisan
- Tamar Saraseh MADURA SUMENEP JAWA TIMUR Lukisan
- Naufan Noordyanto MADURA SUMENEP JAWA TIMUR Digital Painting
- Yasumi Ishi MAGELANG JAWA TENGAH Lukisan.
- Grace Tjondronimpuno MAGELANG JAWA TENGAH Patung
- FRVRTHP MAGELANG JAWA TENGAH Lukisan
- Deddy paw MAGELANG JAWA TENGAH Lukis & Patung
- Cipto Purnomo MAGELANG JAWA TENGAH Lukisan
- Septo MAGETAN JAWA TIMUR Lukisan
- Romdon MAGETAN JAWA TIMUR Lukisan
- Romy Setiawan MALANG JAWA TIMUR Lukisan
- Ponimin MALANG JAWA TIMUR Seni Keramik
- Masari MALANG JAWA TIMUR Lukisan
- Koko Sujatmiko MALANG JAWA TIMUR Lukisan
- Khoirul MALANG JAWA TIMUR Lukisan
- Didit Prasetyo Nugroho MALANG JAWA TIMUR Video Art
- Bambang AW MALANG JAWA TIMUR Lukisan
- Muhammad Taufik MOJOKERTO JAWA TIMUR Patung
- Joni Ramlan MOJOSARI JAWA TIMUR Lukisan
- Singgih Prio Wicaksono NGAWI JAWA TIMUR Patung
- Suwardi PACITAN JAWA TIMUR Patung
- Wahyu Nugroho PASURUAN JAWA TIMUR Lukisan
- Tonny Jafar PASURUAN JAWA TIMUR Instalasi
- Garis Edelwis PASURUAN JAWA TIMUR Lukisan
- Achmad Toriq PASURUAN JAWA TIMUR Lukisan
- Setiyo nurdiono PURWOKERTO JAWA TENGAH Lukisan
- Mario Viani PURWOKERTO JAWA TENGAH Lukisan
- Cahyo Nugroho SALATIGA JAWA TENGAH Lukisan
- Putut Wahyu Widodo SEMARANG JAWA TENGAH Lukisan
- Metrobolitan project SEMARANG JAWA TENGAH Fotografi
- Mangga, pisang, jambu Projek SEMARANG JAWA TENGAH Video Art
- Kokoh Nugroho SEMARANG JAWA TENGAH Lukisan
- Wizka Zakaria SEMARANG JAWA TENGAH Instalasi
- Denny apriyanto SEMARANG JAWA TENGAH Instalasi
- Zainul Qusta SIDOARJO JAWA TIMUR Lukisan
- Tempa SLEMAN DI YOGYAKARTA Lukisan & Bordir
- Choirudin C Roadyn SLEMAN DI YOGYAKARTA Lukisan
- Woro Indah SURABAYA JAWA TIMUR Lukisan
- Tri Wahono SURABAYA JAWA TIMUR Lukisan
- Putri Setyowati SURABAYA JAWA TIMUR Lukisan
- Mufi Mubarok SURABAYA JAWA TIMUR Lukisan
- Lini Natalini SURABAYA JAWA TIMUR Relief Logam
- Jopram SURABAYA JAWA TIMUR Instalasi
- Jenny Lee SURABAYA JAWA TIMUR Seni Keramik
- Nalta097 SURABAYA JAWA TIMUR Lukisan.
- Dwiky Kristio Aditama SURABAYA JAWA TIMUR Lukisan
- Bayu Saputro SURABAYA JAWA TIMUR Patung
- Arifin Londo SURABAYA JAWA TIMUR Instalasi
- Agus Koecink SURABAYA JAWA TIMUR Instalasi
- Gelar Soemantri TANGERANG BANTEN Seni Media
- Imam Sucahyo TUBAN JAWA TIMUR Lukisan
- Wiji Paminto TULUNGAGUNG JAWA TIMUR Lukisan
- Sugiyo TULUNGAGUNG JAWA TIMUR Instalasi
- Nur Ali TULUNGAGUNG JAWA TIMUR Lukisan
- Maryoko TULUNGAGUNG JAWA TIMUR Lukis Kaca
- Tito Tryamei YOGYAKARTA DI YOGYAKARTA Lukisan
- Julian Abraham “Togar” YOGYAKARTA DI YOGYAKARTA Seni Media
- Fajar Riyanto YOGYAKARTA DI YOGYAKARTA Fotografi Instalasi (*)