FESTIVAL BUDAYA PANJI 2024, BUKAN FESTIVAL BIASA
Catatan Henri Nurcahyo
FESTIVAL Budaya Panji 2024 kali ini berbeda dengan festival sebelumnya. Jika selama ini penyelenggara hanya mengundang peserta dan tampil begitu saja, namun kali ini harus melalui seleksi tim kurator dan pendampingan proses dari seniman profesional lintas disiplin. Dari kuota 10 peserta yang tampil maka kurator memilih 5 peserta tanpa seleksi dengan sejumlah pertimbangan, khususnya aspek keberagaman. Sisa 5 lainnya untuk peserta yang mendaftar melalui seleksi terbuka.
Festival ini akan menampilkan sepuluh karya seni yang telah diseleksi oleh tim juri yang terdiri dari Henri Nurcahyo, Wasi Bantolo, dan Seno Joko Suyono. Dari 10 (sepuluh) peserta yang terseleksi, setengahnya menyajikan seni topeng. Bagaimanapun Cerita Panji memang identik dengan topeng, karena makna topeng adalah sarana penyamaran sebagaimana yang menjadi ciri khas Cerita Panji. Meski demikian, kelimanya menyajikannya dengan cara yang berbeda sama sekali.
Tampilan konvensional dengan Cerita Panji Mayor diwakili oleh Sanggar Kedhaton Somokaton dari Klaten, Jawa Tengah, dengan cerita Jaka Bluwa. Pertunjukan Topeng Dalang Klaten ini semua pemainnya terdiri dari dalang wayang kulit. Meski tergolong konvensional namun pendampingan yang dilakukan oleh Tonny Trimarsanto tentu akan menghasilkan pertunjukan yang bukan seperti biasanya. Tonny selama ini dikenal sebagai sutradara dan fasilitator workshop film dokumenter, produser, dan pengajar. Seperti apakah hasil kolaborasi pertunjukan topeng dalang yang didampingi pelaku film ini?
Sama-sama pertunjukan topeng, yang disajikan oleh Padepokan Mangun Dharmo pasti berbeda. Komunitas dari Tumpang Malang ini dipimpin oleh Ki Soleh Adipramono. Cerita yang dihadirkan berjudul “Panji Paricaraka Tamba Lara Tomen” merupakan cerita Panji yang tidak biasa. Lakon ini adalah suatu bentuk “transformasi” dari narasi di dalam prasasti Prasasti Pabanyolan dan selanjutnya diolahkreasi dalam bentuk sendratari (treatrical dance) berproperti topeng.
Tema khusus pada lakon ini adalah “ketabiban” dan “pengobatan (carakan)”, di mana Panji digambarkan sebagai seseorang yang piawai dalam hal pengobatan dan ketabiban. Tema yang demikian terbilang “langka” ini tidak lepas dari peran M. Dwi Cahyono, seorang arkeolog yang melakukan penelitian terhadap prasasti tersebut.
Selama proses produksi, seniman perupa Herry Dim dari Bandung melakukan pendampingan. Herry banyak terlibat dalam pertunjukan teater, mengerjakan artistik untuk seni pertunjukan (drama, tari, musik), seni grafis, disain grafis, dan seni instalasi. Herry Dim pun tercatat sebagai penemu “wayang motekar,” sejenis seni teater bayang-bayang (shadow puppet theater).
Yayasan Tari Topeng Mimi Rasinah (Indramayu) juga menyajikan pertunjukan topeng. Hanya saja, ini bukan sekadar pertunjukan biasa melainkan lebih mengedepankan aspek ritusnya. Ritus Topeng Panji menceritakan perjalanan dalang topeng dari mulai ritual (puasa) dan mandi kembang (bunga) serta sesajian khusus (sajen) untuk memulai langkah awal dalam menarikan tari topeng panji, sesajian tersebut akan dibawa ketika menari topeng Panji. Tari topeng Panji sebagai pahlawan budaya sehingga karakter tari topeng Panji ada pada setiap karakter topeng samba, rumyang, tumenggung dan klana.
Seniman pendamping, Hanny Herlina, yang dikenal sebagai koreografer dan penari, tentu memberikan kontribusi tersendiri yang menjadikan ritual ini menjadi seni pertunjukan yang memesona.
Lagi-lagi juga topeng dan ritualnya, kali ini disajikan oleh Sanggar Albanyiuri dari Banjarmasin. Ritual “jamasan topeng” ini merupakan tradisi tahunan yang diselenggarakan setiap bulan Muharram dengan nama Manopeng. Ada rangkaian ritual yang menyertainya, mulai dari ziarah leluhur, ritual memberi makan buaya, sajian 41 macam jajanan khas Banjar (Wadai), dan pertunjukan tari topeng. Menariknya, meski topeng-topeng yang dikenakan para penari menggambarkan tokoh-tokoh dalam Cerita Panji (Panji, Sekartaji, Gunungsari, Klana, Pentul dan Tembem) namun tidak ada cerita yang dikisahkan.
Bagaimana caranya agar ritual Manopeng ini menjadi sebuah seni pertunjukan yang menarik, maka seniman Djarot Budi Darsono mendampingi proses produksinya. Djarot adalah seorang aktor dan sekaligus sutradara asal Solo yang berpengalaman.
Satu lagi sajian pertunjukan topeng adalah ritual Lur-gulur dari Padepokan Topeng Gulur Ji Hanan (Sumenep). Ritual ini sebetulnya adalah tradisi masyarakat lokal untuk mendatangkan hujan. Seorang penari, namanya Ji Hanan, yang mengenakan topeng Klana akan menari dengan cara yang unik, yaitu cenderung selalu menyentuh atau berdekatan dengan tanah. Di manakah aspek Panjinya? Kalau selama ini Cerita Panji dimaknai sebagai penyatuan dua belah pihak, maka ritual ini adalah upaya menyatukan antara langit dan bumi, manusia dan tanah, sementara topeng Klana adalah salah satu ciri kuat dalam Cerita Panji. Seniman pendamping Anwari, adalah sutradara teater yang mengawal proses produksi pertunjukan ini.
Sementara itu, Sanggar Seni Satriya Lelana (Gianyar, Bali) akan menyajikan seni pertunjukan Gambuh, dramatari klasik yang dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali. Cerita Panji dan kesenian Gambuh Bali memiliki keterkaitan yang mendalam, terutama dalam hal tema, narasi, dan karakter, serta bagaimana kedua budaya ini saling mempengaruhi dalam tradisi seni pertunjukan. Dalam Gambuh tokoh Panji mempunyai peran yang sangat vital, mengingat ia merupakan tokoh utama yang menentukan alur cerita. Salah satu kisahnya adalah, Panji sang pangeran-Inu Kahuripan berhasil mempertahankan kerajaan Gegelang dari serangan Raja Kebalan. Sebagai tanda terima kasih sang raja memberikan hadiah berupa wilayah Pranaraga dan sekaligus calon istri yakni putri Diah Ratnaningrat oleh Prabu Gegelang.
Epi Martison, seorang komposer dan koreografer dari Riau menjadi seniman pendamping dalam pertunjukan kali ini.
Cerita Panji juga tampil beda dari biasanya. Bukan soal Panji dan Sekartaji, melainkan Paman Iris dan Jakripah. Inilah yang disajikan oleh Pasinauan Sekolah Adat Osing (Banyuwangi) dalam seni pertunjukan Barong Osing. Bagaimana jadinya kesenian tradisi ini ketika mendapatkan sentuhan Venzha Christ, yang dikenal sebagai pegiat space art? Kita nantikan saja hasilnya.
Sebuah pertunjukan yang unik datang dari Wonosobo, Jawa Tengah. Namanya Wayang Bundeng Gepuk. Ini merupakan penggabungan pertunjukan wayang Suket kreasi baru yang dipesan dari keluarga mbah Gepuk. Visual wayang ini ada sedikit pengaruh dari bentuk wayang beber dan wayang purwa, contoh seperti visual tokoh Panji visualnya merujuk pada tokoh Panji wayang beber dan tokoh Somba pada wayang purwa. Adapun pertunjukannya dibawakan oleh seorang dalang, dengan iringan musik Bundengan serta dikombinasi dengan atraksi seni tari Topeng Lenggeran yang memiliki sejarah sebagai salah satu bentuk turunan dari tari topeng dalam epos Panji.
Seninan musik Aristofani Fahmi, kelahiran Bulukumba, Sulsel, yang juga seorang jurnalis, mendampingi proses produksi pertunjukan ini.
Yang satu ini juga unik. Sajian Sanggar Kedhaton Ati (Karanganyar, Jateng) berupa reaktualisasi Wayang Gedhog Madura yang susah punah ditampilkan dengan cara multimedia. Seniman pendamping Ismail Basbeth yang dikenal sebagai produser film tentu menjadikan pertunjukan ini makin bermakna.
Peserta paling jauh, adalah Komunitas Tadulako (Palu). Cerita Vuyul Punsu Negunggun dalam naskah Tadulako Memeas termasuk cerita yang memiliki genre Cerita Panji karena memiliki unsur kepahlawanan dan perjuangan hidup dalam adegan berperang, bertahan hidup di hutan, dan membuka lahan. Mengandung unsur penyamaran, adanya tokoh burung Wayang yang sebenarnya adalah Pangeran Tadingkura, adanya unsur pencarian yaitu pada adegan Vulang Nembua mencari burung Wayang, dan berakhir dengan pertemuan yang membahagiakan pada ahir adegan terjadi proses pernikahan pangeran Tadingkura dengan Vulang Nembua.
Shinta Febriany, sutradara dan penyair dari Makassar, akan menjadikan sajian ini lebih bermakna.
Para seniman pendamping itu adalah seniman profesional lintas disiplin sehingga dapat memperkaya dialog kreatif untuk menghasilkan pertunjukan berkualitas tinggi. Proses asistensi itulah yang juga akan dipresentasikan dalam diskusi sehingga masyarakat mendapatkan informasi mengenai konsep dan gagasan apa yang melatarbelakangi penampilan mereka. (*)
Henri Nurcahyo, Kurator Festival Budaya Panji 2024