TEROBOSAN KREATIF, WAYANG KULIT BEBER SMAN 1 PACET

no-img
TEROBOSAN KREATIF, WAYANG KULIT BEBER SMAN 1 PACET

Catatan Henri Nurcahyo

INILAH sebuah terobosan baru yang kreatif. Wayang beber sekaligus juga wayang kulit. Artinya, pergelaran wayang beber dikreasi menjadi wayang kulit tanpa meninggalkan wayang bebernya. Itulah yang dilakukan oleh para siswa SMA Negeri 1 Pacet, Mojokerto, dalam pergelaran “Wayang Kulit Beber” di areal Pasar Keramat, dusun Wonokerto, desa Warugunung, Kecamatan Pacet, Mojokerto, Minggu pagi (16/02/25).

SMA yang berlokasi di desa Pandanarum, Kec. Pacet, ini memang sudah memiliki tradisi mementaskan wayang beber sebagai bentuk ujian akhir pelajaran seni rupa, seni musik, seni suara, seni tari, bahasa Jawa, dan bahasa Indonesia. Dari sini saja sudah nampak aspek kreativitasnya. Bisa dibilang ujian praktek model begini merupakan satu-satunya di Indonesia. Biasanya, pergelaran diadakan di halaman sekolah, berlangsung sejak pukul 09.00 pagi hingga pukul 17.00 sore hari, oleh siswa kelas 12 sebanyak 9 kelas secara bergantian.

Hal ini tidak terlepas dari kreativitas yang dilakukan oleh guru seni budaya di sekolah tersebut, Arief Setiawan,  yang berhasil menggandeng guru-guru mata pelajaran yang lain. Jadi siswa sudah menjalani ujian sejak membuat potongan naskah, mengubahnya menjadi babak lakon, dan melukiskannya ke atas kanvas. Kemudian mereka menggelar pementasan, dinarasikan oleh dalang, diiringi musik yang dibuat sendiri, termasuk suluk-nya. Demikian pula selingan tari, menyanyi, serta pembawa acaranya. Semuanya dinilai.

Acara tahunan ini berlangsung rutin sejak tahun 2018, bahkan ketika dilanda pandemi Covid 19, pergelaran dilakukan secara daring. Sebagai pecinta budaya Panji, Arief pernah mengambil cerita Panji Angreni yang sudah dibuat menjadi novel oleh Ajip Rosidi dengan judul Candrakirana. Novel itu dipotong-potong menjadi 9 bagian sesuai dengan jumlah kelas 12. Kemudian cerita berganti-ganti sesuai dengan perkembangan. Cara melukiskannya ke atas kanvas pun dilakukan sesuai dengan selera anak muda. Tidak harus lukisan klasik sebagaimana wayang beber aslinya.

Berita selengkapnya sila klik: https://brangwetan.com/?p=974

Kali ini, alumnus Universitas Negeri Malang ini mengajukan izin kepada pihak sekolah untuk menggelar ujian praktek di luar areal sekolah. Pilihannya adalah lokasi Pasar Keramat, sebuah destinasi wisata budaya dan kuliner tradisional yang digelar setiap Minggu Kliwon dan Minggu Wage. Durasinya lebih singkat, hanya sampai pukul 12.00 siang sesuai jam berakhirnya pasar. Namun keuntungannya, tidak perlu menyiapkan panggung dan tatasuara lantaran memang sudah tersedia. Hanya saja, nampaknya pergelaran ini tidak mengantisipasi format panggung bambu yang dua trap. Semua pemain, pemusik, dan sinden duduk berjajar di bagian atas. Komposisinya jadi numpuk. Padahal akan nampak bagus dilihat manakala para sinden itu duduk di trap bawah sehingga tidak menghalangi kelir wayang.  Aspek skenografinya masih belum digarap.

Acara diawali dengan prosesi para pendukung pergelaran dengan melakukan ritual di sebuah mata air, kemudian berjalan beriringan menuju panggung, melakukan ritual persembahan dengan aneka ubarampe. Lantas tampillah dua orang dalang perempuan membelakangi penonton, membawakan wayang beber dalam sebuah jagong (adegan). Lakon yang dibawakan adalah “Joko Kembang Kuning,” sebagaimana lakon asli dari wayang beber Pacitan.

Joko Kembang Kuning adalah nama samaran Raden Panji Asmarabangun menjadi pemain kentrung untuk mengikuti sayembara mencari Dewi Sekartaji yang menghilang dari istana karena menghindari lamaran Klana Sewandana. Ketika akhirnya Dewi Sekartaji ditemukan maka sebagai hadiahnya Sekartaji dinikahkan dengan Raden Panji. Tentu saja Klana Sewandana tidak terima. Terjadilah pertarungan antara Raden Panji dan Klana Sewandana yang kemudian dimenangkan oleh Raden Panji. Sebagaimana pola cerita Panji pada umumnya, akhir ceritanya adalah pertemuan atau pernikahan Raden Panji dan Sekartaji.

Dalam pertunjukan aslinya, lakon ini dibawakan dalam 6 gulungan, yang masing-masing terdiri dari 4 jagong. Sudah menjadi tradisi, ada pantangan jagong ke-24 tidak boleh dibuka. Nah dalam pergelaran kali ini, sebagian gambar-gambar dalam lukisan wayang beber itu lantas divisualkan dan dipergelarkan seperti wayang kulit.  Alhasil, inilah wujud inovasi itu, menggabungkan wayang beber dengan wayang kulit. Karena itu disebut Wayang Kulit Beber. Sementara di areal Pasar Keramat itu sebagian siswa duduk di hamparan tikar sedang melukiskan figur-figur wayang beber tersebut menjadi wayang kulit yang terbuat dari karton.

Satu hal yang perlu dimaklumi, karena para pelakunya adalah pelajar sekolah umum, maka apa yang mereka sajikan tentu belum semuanya memuaskan. Ada suluk yang fals, iringan musik yang belum pas, serta permainan dalang yang masih perlu latihan lagi. Dan sebagaimana gaya anak muda, tiga pembawa acara ini tampil akrab dan gaul sehingga tidak kaku dan tidak formal. Apapun kekurangannya, pertunjukan ini layak diapresiasi. Kalau perlu dipentaskan ulang di tempat umum dengan persiapan yang lebih matang.

Rekaman videonya bisa disaksikan di sini: https://www.youtube.com/live/ulWBQrc1xVQ (*)

In category:
Related Post
no-img
BOARD GAME CERITA PANJI AGAR DITERIMA ANAK MUDA

Board game adalah permainan papan, misalnya Monopoli, Scrabble, Chess, Che...

no-img
TEROBOSAN KREATIF, WAYANG KULIT BEBER SMAN 1 PACET

Catatan Henri Nurcahyo INILAH sebuah terobosan baru yang kreatif. Wayang be...

no-img
Candrakirana Diculik Perompak, Lahirnya Kesenian Emprak

Catatan Henri Nurcahyo   Kesenian Emprak  adalah bentuk kesenian sepe...

no-img
Topeng dan Penyamaran Dalam Cerita Panji

  Catatan Henri Nurcahyo Bicara soal Panji seringkali merujuk pada fig...

no-img
Dari Festival Panji ke Festival Panji

Catatan Henri Nurcahyo   TAHUN 2016, saya dihubungi via telepon oleh B...

no-img
Perjalanan Program Gerak Budaya Panji

Catatan Henri Nurcahyo GERAK Budaya Panji sudah semakin membahana dalam sat...

  • 1,222
  • 362