Dari Festival Panji ke Festival Panji

no-img
Dari Festival Panji ke Festival Panji

Catatan Henri Nurcahyo

 

TAHUN 2016, saya dihubungi via telepon oleh Bapak Wardiman Djojonegoro untuk diajak bertemu dengan Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud. Dua hari kemudian, tanggal 15 Juni, bersama dengan Dwi Cahyono, pengelola Museum Panji (bukan Dwi Cahyono yang arkeolog) saya diminta berangkat ke Jakarta. Hari itu kebetulan Lydia Kieven baru mendarat dari Jerman langsung “dibajak” dalam pertemuan itu. Lydia sempat uring-uringan karena agenda ketatnya sudah dibuat. Saya lantas menenangkannya bahwa ini adalah agenda darurat yang sangat penting. Diambil hikmahnya saja. Dalam pertemuan itu juga hadir Heri Akhmadi, Dubes RI untuk Jepang sekarang, yang waktu itu aktif dalam Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) yang dipimpin Catrini Kubontubuh. Jadi dalam pertemuan itu selain ada Wardiman, juga Dwi Cahyono Inggil, Lydia Kieven, Heri Akhmadi, dan saya. Hilmar Farid didampingi oleh Ibu Yusmawati yang kalau tidak salah menjadi Direktur Seni Pertunjukan.

Dalam pertemuan singkat itu kami satu persatu mengemukakan apa yang diinginkan terkait dengan budaya Panji. Mau diapakan. Sementara Hilmar dengan takzim menyimaknya sambil menyandarkan kedua lengannya di atas meja. Hingga menjelang acara usai, Wardiman langsung mengajukan usulan kongkrit: “Tahun 2016, kita tidak mungkin bikin Festival Panji, terlalu mepet. Kalau begitu tahun 2017 kita bikin Festival Nasional Panji, lantas 2018 Festival Internasional Panji.”

Yang masih saya ingat betul, Hilmar Farid sebagai Dirjen Kebudayaan sama sekali tidak memberikan jawaban kongkrit. Setuju tidak, menolak juga tidak. Hilmar yang lahir di Bonn, Jerman, ini mungkin seperti anak sendiri bagi Wardiman yang juga lulusan Jerman.

Begitulah, singkat cerita tahun bulan Juni 2017 Festival Nasional Panji diselenggarakan di Kediri, kerjasama antara Kemendikbud RI, Pemprov Jawa Timur, dan Pemkab Kediri yang memasukkannya dalam rangkaian Pekan Budaya dan Pariwisata dengan tema “Panji Balik Kampung.” Pengisi acara dari luar Jatim menjadi tanggungan Kemendikbud, antara lain dari Palembang, Makassar, Jawa Barat (Bandung dan Cirebon), Yogyakarta, dan Bali. Sedangkan dari Jatim ditanggung Pemprov, yaitu Wayang Topeng dari Malang, Wayang Beber Pacitan, Wayang Thengul Bojonegoro, Wayang Tengger Lumajang, Wayang Timplong Nganjuk, dan Wayang Jemblung Kediri. Sedangkan Pemkab Kediri menggelar pameran seni budaya, dan kesenian lokal. Acara ini sukses besar dengan pemberitaan yang bagus. Saya sempat membuat buku prosiding, lengkap dengan kumpuan kliping dari berbagai media massa.

(Sebetulnya prosesnya tidak sesederhana itu. Panjang penjelasannya Yang jelas peranan Wardiman sangat besar sehingga festival tersebut terlaksana, hn).

Namun demikian, sebelum Kemendikbud turun tangan, sejumlah Festival Panji sudah diselenggarakan oleh pihak swasta, antara lain oleh Dewan Kesenian Jatim di Candi Jalatunda (2008) dan Candi Penataran (2009, 2010), Pasar Triwindu Solo (2009), Dewan Kesenian Kab. Blitar di Candi Penataran (2013-2015), di Jombang (2012), Candi Sukuh Karanganyar (2013), Festival Topeng Panji di Solo (2014), juga di Borobudur dan banyak lagi. Yang jelas, kesemuanya itu bukan menjadi program nasional Kemendikbud.

(Silakan baca artikel sebelumnya: Gerak Budaya Panji, hn).

Sesuai dengan usulan mantan Mendikbud era Soeharto yang kini malah menjadi provokator Budaya Panji itu, tahun 2017 diselenggarakan Festival Nasional Panji di Kediri yang diikuti oleh seniman berbagai daerah, termasuk luar Jawa. Pada tahun yang sama, diselenggarakan Festival Budaya Panji ASEAN di kawasan Kota Tua Jakarta. Acara ini sebetulnya merupakan sampingan dari peringatan HUT ASEAN.

Tahun 2018 diselenggarakan Festival Internasional Panji. Menurut rencana hanya diadakan di empat kota yaitu Denpasar, Surabaya, Yogya, dan Jakarta. Namun beberapa kota di Jatim tidak terima. Mereka ingin para delegasi juga pentas di kotanya. Maka acara semula yang hanya diadakan di Taman Candra Wilwatikta (Pandaan, Pasuruan), juga digelar road show ke Taman Krida Budaya Jatim di Malang, pelataran Candi Penataran (Blitar), pendopo Kabupaten Tulungagung, dan halaman Candi Tegowangi (Kediri). Sayangnya, meski disebut “internasional,” hanya dua negara tetangga yang ikut serta yaitu Thailand dan Kamboja. Puncak acara diadakan pergelaran di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta dan seminar internasional di Perpusnas.

Seminar internasional selama dua hari ini menghadirkan narasumber dari Jerman (Lydia Kieven), Belanda (Roger Toll), Thailand (Rujaya Abhakorn dan Thaneerat Jathutasri), Malaysia (Noriah Muhamad), sedangkan dari Indonesia sendiri adalah Agus Aris Munandar, Karsono H Saputro, Made Bandem, Tedi Permadi, dan Henri Nurcahyo.

Festival Internasional Panj, 2018

Yang menarik, pada tahun yang sama Kemendikbud juga menyelenggarakan Pameran Besar Seni Rupa dengan tema “Spirit Panji” di Kota Batu, Malang. Pameran ini merupakan angin segar bahwa yang namanya Panji bukan hanya sesempit dipahami dalam perspektif tradisional semata melainkan juga diterjemahkan dalam karya-karya seni rupa kontemporer. Ulasan terhadap pameran ini saya sampaikan dalam Seminar Internasional Tradisi Lisan di Pekanbaru pada tahun yang sama, juga dalam seminar Festival Panji Nusantara di Surabaya tahun 2019 di Universitas PGRI Adi Buana (UNIPA) Surabaya. (Selengkapnya, baca buku: “Panji Masa Kini”, Henri Nurcahyo, KSB BrangWetan, 2021).

Berikutnya, Festival Panji Nusantara 2019 diselenggarakan di empat kota di Jawa Timur pada tanggal 9-12 Juli 2019, yaitu di Kab. Blitar, Kab. Tulungagung, Kab. Kediri dan berakhir di Kota Malang. Acara dengan tema ‘Transformasi Budaya Panji’ ini merupakan kerjasama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim, dan pemerintah kota/kabupaten yang menjadi tuan rumah acara dan didukung oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Yogyakarta serta Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Mojokerto. Dalam acara ini BPCB (sekarang berubah menjadi Balai Pelestarian Kebudayaan – BPKW XI) untuk pertama kali memamerkan koleksi replika relief-relief Panji yang terdapat di sejumlah candi di Jawa Timur.

Praacara Festival Nusantara sudah dimulai sejak 24-25 April di Kota Malang berupa Pekan Cipta Karya Seni ‘Panji Milenial’, disusul Sarasehan Literasi Budaya Panji di Museum Panji, Tumpang, Kab. Malang yang bersamaan dengan peringatan Hari Tari Dunia dengan tema ‘Dance of Panji’ (26/4), kemudian Lomba Seni Pertunjukan Pelajar Berbasis Budaya Panji di Kota Malang (28-29/4) dan di Kota Malang juga dipungkasi dengan pergelaran Malang Artnival (30/4).

Dalam bulan Juni, serangkaian praacara yang diselenggarakan di Surabaya, yaitu Training of Trainer (Lifestyle Transformasi Budaya Panji Era Milenial) di Rumah Kebudayaan Universitas Airlangga (14/6), Diskusi Budaya Panji Nusantara dengan narasumber Adrian Perkasa dan M. Dwi Cahyono di Tulungagung dilanjutkan dengan Lokakarya Manajemen Penyelenggaraan Festival Panji (18-19/6), dan Seminar Nasional Transformasi Budaya Panji di Unipa Surabaya kampus Menanggal (29/6). Acara serupa yang juga terkait adalah International Mask Festival di Museum Panji, Tumpang, Malang (7/7), bersamaan dengan pembukaan Pekan Budaya dan Pariwisata di Kabupaten Kediri yang berlangsung hingga tanggal 13 Juli 2019.

Dalam Festival Panji Nusantara 2019 ini, selain menampilkan potensi kesenian dari berbagai kota di Jatim, antara lain dari Bojonegoro, Ponorogo dan Tuban, juga dihadirkan pameran visual Budaya Panji, workshop, seminar, lomba-lomba, dan seni pertunjukan dari 6 (enam) provinsi di luar Jawa Timur, yaitu dari Bali, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur, dan provinsi Sulawesi Selatan.

Memasuki tahun 2020, pandemi Covid 19 melanda negeri ini. Bagaimana dengan rutinitas festival Panji? Berhenti? Ternyata tidak. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur, dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang kembali menggelar Festival Panji Nusantara 2020 di Taman Krida Budaya Jawa Timur (TKBJ) Jl. Soekarno Hatta No. 7 Kota Malang, Sabtu (28/11/2020).  Festival kali ini menyajikan pertunjukan dari Kota dan Kabupaten Malang, Kab. Kediri, Kab. Mojokerto, Kab. Blitar, serta kolaborasi pertunjukan seniman Surabaya dan Ecuador. Pengunjung dan pengisi acara ini diwajibkan membawa surat keterangan Rapid Test dan pengukuran suhu tubuh sebelum masuk lokasi acara yang dijaga ketat.

Festival Panji Nusantara, 2020

Tahun 2021 memang tidak ada Festival Panji di Jatim, tetapi acara rutin di Solo yaitu International Mask Festival (IMF) memakai tema “Panji Road to Jalan Rempah.” Acara ini diselenggarakan secara hibrid, yaitu daring dan luring. Menurut penggagasnya, Irawati Kusumorasri, Cerita Panji mengingatkan pada Jalur Rempah Indonesia saat ini. Sebaran kisah Sang Pangeran nyaris sama dengan sebaran Jalur Rempah.

Jeda satu tahun, barulah tahun 2023 diselenggarakan Festival Panji ASEAN yang melibatkan 9 dari 11 anggota ASEAN. Acara digelar di Yogyakarta, Kediri, Malang, Pandaan (Pasuruan), dan berakhir di Solo. Sementara di Surabaya digelar seminar internasial dan workshop oleh delegasi festival di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Berbeda dengan festival biasanya, di mana masing-masing peserta membawakan lakon pertunjukannya sendiri, maka kali ini semua peserta hanya membawakan satu lakon yang sama, yaitu Panji Semirang. Setiap negara diberi bagian membawakan satu babak tertentu, disambung oleh delegasi lainnya, hingga akhirnya menyatu dalam babak terakhir. Sayangnya acara ini tidak diikuti oleh delegasi Timor Leste dan Brunei Darussalam. Silakan simak catatan saya atas acara ini.

Hingga yang terkini, adalah penyelenggaraan Festival Budaya Panji 2024 yang dilaksanakan tanggal 22 – 24 Oktober di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Acara ini diikuti oleh 10 kelompok kesenian dari 10 daerah. Yang menarik, semua peserta tersebut tidak hanya tampil begitu saja namun sebelumnya didampingi oleh seniman profesional dalam proses produksinya.

Catatan tentang festival ini nanti saya tulis dalam artikel tersendiri. Sabar yaa…. Salam Panji. (*)

In category:
Related Post
no-img
BOARD GAME CERITA PANJI AGAR DITERIMA ANAK MUDA

Board game adalah permainan papan, misalnya Monopoli, Scrabble, Chess, Che...

no-img
TEROBOSAN KREATIF, WAYANG KULIT BEBER SMAN 1 PACET

Catatan Henri Nurcahyo INILAH sebuah terobosan baru yang kreatif. Wayang be...

no-img
Candrakirana Diculik Perompak, Lahirnya Kesenian Emprak

Catatan Henri Nurcahyo   Kesenian Emprak  adalah bentuk kesenian sepe...

no-img
Topeng dan Penyamaran Dalam Cerita Panji

  Catatan Henri Nurcahyo Bicara soal Panji seringkali merujuk pada fig...

no-img
Dari Festival Panji ke Festival Panji

Catatan Henri Nurcahyo   TAHUN 2016, saya dihubungi via telepon oleh B...

no-img
Perjalanan Program Gerak Budaya Panji

Catatan Henri Nurcahyo GERAK Budaya Panji sudah semakin membahana dalam sat...

  • 1,178
  • 62