Jangan Sampai Guru Terlambat Tahu Kondisi Siswa

no-img
Jangan Sampai Guru Terlambat Tahu Kondisi Siswa

TRAWAS, MOJOKERTO: Para guru wajib mengetahui kemampuan dasar dan kondisi awal siswa sebelum memulai pembelajaran. Jangan sampai pada akhir pembelajaran, sudah mengajar satu semester, ternyata guru baru tahu bahwa siswa tidak suka dengan mata pelajaran yang diajarkan. Inilah yang dinamakan Asesmen Diagnostik, yang harus dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran.

Dr. Netti Lastiningsih, Kepala Bidang Penjamin Mutu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sidoarjo, menyampaikan hal itu di Hotel Royal Trawas, Selasa (24 Mei 2022) dalam workshop yang diselenggarakan oleh Komuntas Seni Budaya BrangWetan, dengan tema “Penguatan dan Pengembangan RPP dan Jurnal Mata Pelajaran Berbasis Toleransi untuk Guru Mata Pelaharan.” Acara ini diikuti oleh Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah, dan Guru Mata Pelajaran dari 5 (lima) sekolah yaitu SMAN 1 Gedangan, MAN Nurul Huda Sedati, dan 3 SMPN 1 dari Waru, Taman dan Gedangan.

Asesmen Diagnostik, kata Netti, nantinya akan diganti dengan istilah Asesmen Awal, agar tidak ada pemahaman bahwa hanya orang ahli saja yang melakukannya. Yang dimaksudkan Asesmen Diagnostik adalah asesmen yang dilakukan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa. Ada dua Asesmen Diagnostik, yaitu Non-Kognitif dan  Asesmen Diagnostik.

Tujuan Asesmen Diagnostik Non Kognitif adalah: Mengetahui (1). Kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa. (2). Aktivitas selama belajar di rumah. (3) Kondisi keluarga siswa. (4). Latar belakang pergaulan siswa. (5). Gaya belajar, karakter, minat siswa. (6)  Cara pandang siswa, dan (7). Sikap menghargai perbedaan, toleran, budaya, dll.

Netti mengingatkan sebetulnya hal-hal di atas menjadi tugas Guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang dilakukan melalui psikotest. Sayang sekali kalau hal itu tidak diketahui oleh para guru.

“Biaya Psikotest itu mahal lho, eman-eman kalau guru tidak tahu hasilnya sehingga tidak bisa mengambil sikap ketika mengajar,” jelas Netti.

Sedangkan Asesmen Diagniostik Kognitif bertujuan: (1) Mengidentifikasi Capaian Kompetensi siswa. (2). Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa. (3). Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya di bawah rata-rata.

Acara ini berlangsung siang hari hingga malam dengan narasumber Netti Lastiningsih. Sedangkan keesokan harinya, Rabu (25/5/22) akan diisi dengan narasumber dari Tim LPPM UIN Sunan Ampel, yaitu Prof. Dr. Rubaidi, Dr. Hernik Ferisia, dan M. Amin Hasan, Mpd. (h)

 

In category:
Related Post
no-img
Guru Penggerak Juga Menggerakkan Toleransi di Sekolah

SIDOARJO: Para Guru Penggerak memiliki tugas utama sebagai inisiator pembel...

no-img
Perwakilan USAID Kunjungi SMPN 1 Taman, Sidoarjo

SIDOARJO: SMPN 1 Taman Sidoarjo mendapat kehormatan menerima kunjungan perw...

no-img
Siswa Jadi Agen Perubahan Wujudkan Toleransi di Sekolah

MOJOKERTO: Para siswa dapat menjadi agen toleransi dan perubahan untuk mewu...

no-img
Ekosistem Toleransi Berlaku untuk Semua Warga Sekolah

SIDOARJO: Mewujudkan Sekolah Toleransi tidak hanya sebatas ucapan dan admin...

no-img
Tiga SMPN Sidoarjo Jadi Percontohan Sekolah Toleransi

PASURUAN:  Program Sekolah Toleransi yang dilaksanakan oleh Komunitas Seni...

no-img
Kasus Intoleransi Meningkat, Insan Pendidikan Harus Rapatkan Barisan

PASURUAN:  Kasus intoleransi di Indonesia mengalami peningkatan drastis. D...