Nilai – Nilai Cerita Panji

no-img
Nilai – Nilai Cerita Panji

Oleh Henri Nurcahyo

 

SECARA umum Cerita Panji dipahami sebagai kisah percintaan antara Raden Panji Asmarabangun atau Panji Inukertapati dari kerajaan Jenggala dengan Dewi Sekartaji atau Dewi Candrakirana dari kerajaan Panjalu atau Kadiri. Mereka sudah dijodohkan sejak kecil oleh orangtuanya karena dua kerajaan itu sebetulnya berasal dari satu kerajaan yang sama dan kedua rajanya masih memiliki hubungan saudara.

Sebagai sebuah karya seni maka Cerita Panji adalah dunia simbol, bukan semata-mata memaparkan fakta yang dipahami secara rasional. Perlu ada kajian hibernetika. Sebagaimana Romeo Yuliet sesungguhnya bukan sekadar kisah percintaan yang terlarang, melainkan menguarkan pesan simbolik adanya pertentangan kelas. Bahwasanya di negara sebesar Inggris masih saja terjadi diskriminasi kelas masyarakat. Kaum Brahmana tidak boleh bersatu dengan kaum Sudra.

  1. PENYATUAN DUA BELAH PIHAK
  2. Janggala dan Kediri yang asalnya satu, disatukan kembali melalui perkawinan politik, bukan dengan cara peperangan/kekerasan Maknanya, cinta kasih itu dapat mempersatukan. (Bonek – Arema, Bobotoh – Vikings, dsb)
  3. Raden Panji dianggap sebagai titisan Dewa Wisnu, sedang Dewi Sekartaji sebagai titisan dari Dewi Sri. Penyatuan Panji dan Sekartaji, sebagai bentuk penyatuan pria dan wanita yang menghasilkan kesuburan atau keturunan, dijadikan simbol kesuburan padi.
  4. Makna filosofi penyatuan itu bukan hanya bersatunya dua belah pihak, antara laki-laki dan perempuan, tetapi juga Manunggaling Kawula lan Gusti.
  5. Mirip Cerita Panji, ada di relief Borobudur, perihal Manohara, abad ke-8. Sejarawan Peter Levenda menyebut pertemuan Sudhana dan Manohara mewakili ide penyatuan bumi dan langit, duniawi dan ilahi. Bahwa istri adalah makhluk spiritual dan sumber kekuatan spiritual, shakti.
  6. BERAKHIR DENGAN PERKAWINAN
  1. Hampir semua versi Cerita Panji selalu berakhir bahagia (happy ending). Bandingkan dengan Romeo Yuliet, Bangsacara Ragapadmi, Pranacitra Layonsari, Sangkuriang, Roro Mendut dan semua kisah cinta yang rata-rata sad ending. Cerita Panji mengajarkan optimisme. Jangan mudah menyerah, karena ujung perjalanan adalah kebahagiaan.
  2. Hakekat Perkawinan adalah: Akhir dari sebuah awal, dan awal dari sebuah akhir. Itulah sebabnya ucapan yang diberikan kepada mempelai adalah: Selamat menempuh hidup baru; Selamat mengarungi bahtera rumahtangga.
  3. Perkainan seperti terminal atau stasiun: Tempat orang mengakhiri dan sekaligus memulai perjalanan. Tidak ada awal yang abadi. Tidak ada akhir yang abadi. Bahkan setelah kematian pun masih ada kehidupan yang baru.
  4. Sri Tanjung tidak hanya berakhir tragis dengan kematin tetapi berakhir dengan kemenyatuan setelah Sri Tanjung dihidupkan kembali oleh Dewa.
  1. MONOTONITAS
  1. Pola/struktur Cerita Panji selalu sama: Integrasi – Disintegrasi – Reintegrasi (genre siklus): Monoton
  2. Kita setiap hari mengalami kejadian yang monoton. Mulai dari bangun tidur, mandi, sarapan, beraktivitas, tidur, bangun lagi dan seterusnya.
  3. Monoton juga terjadi dalam keseharian, sejak matahari terbit, tengah hari yang terik, senja yang indah, matahari tenggelam, bulan terbit, bulan purnama, bulan tenggelam, dan seterusnya. INGAT: Jangan mudah terpesona oleh senja yang indah, karena keindahan itu segera sirna, berganti dengan kegelapan.
  4. Detak jantung yang sehat adalah detak yang monoton. Dengus nafas yang normal adalah yang monoton
  5. Kedinamisan itu bisa terasakan manakala berdampingan dengan kemonotonan (seperti musik electon yang bisa disetel)
  1. KESETARAAN dan PENYAMARAN
  1. Panji Inukertapati dan Dewi Sekartaji adalah sama-sama putra/putri mahkota. Anak dari raja. Namun hampir semua Cerita Panji mengisahkan petualangan mereka ketika berada di luar dinding keraton.
  2. Panji menyamar menjadi rakyat biasa, pengamen (Kembang Kuning), Kelana Edan (Panji Angreni), petani yang buruk rupa (Enthit).
  3. Dewi Sekartaji menyamar jadi Keong Emas, Timun Mas, Klething Kuning, perampok budiman (Panji Semirang), pemusik Gambuh Asmarandana.
  4. Cerita Panji mengajarkan kesetaraan dalam kehidupan:
  • Jangan suka menghargai sesama manusia hanya karena pakaiannya (ajining raga saka busana), wajahnya, pangkatnya, kekayaannya, kepinterannya. Semua manusia itu sama saja. Perilaku baik dan buruklah yang membedakannya.
  • Cerita Panji sering divisualkan dengan topeng (lambang penyamaran): Wayang Topeng. Manusia seringkali bertopeng sesuai dengan niat baik atau buruk. Padahal, wajah yang asli bisa jadi adalah topeng itu sendiri.
  1. HAKEKAT CINTA KASIH
  1. Sujiwo Tejo: Mencintai itu takdir, Menikah itu Nasib.
  2. Siapakah cinta sejati Raden Panji? Anggraini ataukah Sekartaji?
  3. Sekartaji akhirnya menikah dengan Raden Panji karena sudah dijodohkan orangtua mereka. Sedangkan Anggraini adalah cinta pertama Raden Panji. Haruskah Anggraini mati sebagai tumbal agar perjodohan dapat dilangsungkan?
  4. Sebagaimana halnya Rahwana yang menganggap Dewi Sinta adalah cinta sejatinya, yang sudah digariskan oleh semesta. Rahwana sanggup mengubah perilaku jahatnya menjadi lelaki yang sangat baik, demi Sinta agar mau menerima cintanya. Sedangkan Rama, dia beristrikan Dewi Sinta lantaran menang sayembara. Sinta adalah hadiah bagi pemenang.
  1. PANJI BUKAN PLAY BOY
  1. Panji memiliki banyak istri, Panji disukai oleh banyak perempuan, Sebagaimana Arjuna, tetapi Panji bukan Don Juan. Bukan Penjahat Kelamin.
  2. Hampir semua istri Panji (juga Arjuna) didapat melalui perjuangan yang luar biasa. Harus memenangkan pertempuran yang sengit. Perempuan adalah ilmu pengetahuan, sebagaimana Gus Dur adalah sosok Panji Nusantara karena menguasai banyak ilmu. Bung Karno juga Panji.
  1. FIGUR LELAKI IDEAL
  1. Menguasai banyak ilmu pengetahuan, Gemar Membaca
  2. Seniman serba bisa, menguasai banyak cabang seni
  3. Berwajah tampan (Arjuna orang Jawa), disukai banyak perempuan, menantu idaman.
  4. Pahlawan perang (Kusuma Yudha), juga Pahlawan Kebudayaan
  5. Ramah, sopan, welas asih, simpatik, jujur dan lurus hati
  6. Ritual Orang Jawa (7 bulanan): sepasang cengkir gading bergambar Arjuna – Sembadra, Raden Kamajaya – Dewi Ratih; Raden Panji  Sekartaji (yang dilupakan). Masyarakat Jawa sekarang lebih akrab dengan Arjuna ketimbang Raden Panji.
  1. SOSRO KARTONO
  1. Kakak kandung Raden Ajeng Kartini. Poliglot (menguasai banyak bahasa), mahasiswa bumi putera pertama yang kuliah di luar negeri, wartawan banyak media asing, penerjemah bahasa bangsa-bangsa di PBB, juga ahli obat-obatan.
  2. Seperti Nabi bagi orang Jawa. Sugih tanpa banda; Digdaya tanpa aji; Ngelurug tanpa bala; Menang tanpa ngasorake (= Jokowi) ———– itu semua PANJI BANGET.
  3. Nama lengkapnya: Raden Mas PANJI Sosrokartono.
  1. Kiblat Papat Lima Pancer
  1. Jakob Sumardjo. Falsafah Jawa merupakan salah satu perwujudan konsep mandala. Pandangan ini disebut juga ‘dunia waktu’, artinya penggolongan empat dimensi ruang yang berpola empat penjuru mata angin dengan satu pusat.
  2. Pada dasarnya manusia terlahir dengan membawa hawa nafsu yang bersumber dari dirinya sendiri. Karakter manusia dapat dibagi menjadi empat sesuai dengan arah mata angin, yaitu lauwamah, supiyah, amarah dan mutmainah.
  3. Cerita Panji adalah cerita tentang pangeran dan puteri dari 4 negara: Kediri (Selatan), Kahuripan/Jenggala (Utara), Gegelang (Barat) dan Singasari (Timur). Keempat Raja itu bersaudara.
  4. Seluruh cerita Panji sebenarnya berisi kisah bagaimana keempat kerajaan yang bersaudara tersebut menjadi satu kerajaan saja, yang terdiri dari satu kerajaan pusat di tengah, dan empat kerajaan lainnya mengitarinya menurut arah mata angin. Kiblat Papat Lima Pancer.
  1. BAGAIKAN ADAM DAN HAWA
  1. Raja Jenggala, meski sudah memiliki seorang putra bernama Brajanata, masih memohon kepada Dewa untuk memperoleh anak laki-laki lagi. Permintaan tersebut dikabulkan dengan menjelmakan seorang dewa di istana Jenggala dan lahirlah Raden Inu Kertapati (Panji).
  2. Raja Daha juga memohon dikaruniai seorang anak perempuan, maka Dewa menjelmakan seorang dewi di Istana Daha dan lahirlah putri Daha, Sekartaji / Candrakirana.
  3. Tetapi Dewa murka karena setelah permohonan kedua raja itu dikabulkan, mereka lupa berterima kasih kepada Dewa. Maka Dewa memutuskan bahwa kedua pasangan laki-perempuan dari Jenggala dan Daha akan mengalami berbagai kesulitan sebelum mereka hidup sebagai suami istri.
  4. Meski kisah Panji berakhir bahagia yakni setelah dalam pengembaraan dan penyamaran mereka dipertemukan hingga akhirnya menikah. Namun cerita tentang kutukan dewata itu ternyata belum berakhir.
  5. Mengingatkan kisah Adam dan Hawa yang “dihukum” turun dari sorga ke dunia karena berani melanggar perintah Tuhan: “Jangan Makan Buah Apel.”
  1. LAST BUT NOT LEAST:
  1. Cerita Panji adalah pusaka leluhur nusantara yang masih tetap relevan bagi kehidupan sekarang dan masa mendatang. Karena itu diperlukan transformasi (perubahan) dalam hal bentuk (format), waktu, pelaku, setting dan jalan cerita serta penafsirannya dengan tetap mengacu ada substansi Cerita Panji. Cerita Panji tidaklah harus terkait dengan masa lalu dan menjadi klangenan belaka. Cerita Panji juga dapat ditransformasi menjadi kekinian. Spirit Cerita Panji dapat menjadi inspirasi karya sastra kontemporer. Apalagi selama ini sudah gencar dilakukan kampanye untuk peduli terhadap Budaya Panji dan bagaimana menjadikannya sebagai bahan baku proses kreativitas masa kini.
  2. Cerita Panji yang sudah ada sejak 700 (tujuh ratus) tahun yang lalu itu adalah sebuah pusaka budaya bangsa yang tetap relevan sampai kapanpun. Jika sumberdaya alam semakin digali semakin habis, sumberdaya manusia semakin lama makin tua dan mati maka Cerita Panji adalah Sumberdaya Budaya yang semakin digali tidak pernah bisa habis namun malah akan membuat kita semakin kaya. Majapahit pernah berjaya dengan Cerita Panji, jadi janganlah sekali-sekali kita tega untuk meninggalkan Panji. (*)

 

BIODATA:

Henri Nurcahyo, pernah sekolah di UGM Yogyakarta. Pendidikan nonformal sosial budaya diperolehnya dari berbagai aktivitas dan kelembagaan. Pernah menjadi wartawan di beberapa media massa, penulis lepas, dan kini khusus menjadi penulis puluhan buku, termasuk beberapa judul buku tentang Budaya Panji. Pernah 10 kali juara lomba karya tulis, mendapat penghargaan Gubernur Jatim sebagai Penggerak Kesenian Bidang Penulisan. Sekarang menjadi Wakil Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Cabang Jawa Timur, Asesor Pengelola Tradisi Lisan, pendiri Pusat Konservasi Budaya Panji, TVPanji, dan mengajar matakuliah Kajian Panji di Universitas PGRI Adibuana (Unipa) Surabaya, disamping menjadi ketua Komunitas Seni Budaya BrangWetan, dan Ahli Pratama Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Nasional.

Kontak: 0812 3100 832 – email: [email protected], website: brangwetan.id

 

In category:
Related Post
no-img
PANJI SEBAGAI AHLI PENGOBATAN DALAM WAYANG TOPENG

MALANG: Sebuah kisah Panji yang terbilang langka disajikan oleh Padepokan T...

no-img
CERITA PANJI DARI BANYUWANGI

  Penyunting   : Eivon Radnaksi Rancang Sampul      : Fajar Eka...

no-img
CERITA PANJI DARI BANYUWANGI

Cerita Panji yang sering muncul di Banyuwangi dalam pertunjukan seni drama ...

no-img
Topeng Dalang Klaten, Pelakunya Dalang Semua

TOPENG Dalang Klaten adalah seni pertunjukan tradisional yang juga membawak...

no-img
Wangi Indriya dan Toto Amsar Suanda Berbagi Cerita

Cerita Panji juga tumbuh kembang di tanah Sunda, tidak terkecuali di Indram...

no-img
Mengajarkan Gamelan Sebagai Tradisi Lisan

Bagian kedua: Diplomasi Panji Mengenalkan Budaya Indonesia di Prancis Hari ...