Profil

Ataina, Dalang Bocah Perempuan

no-img
Ataina, Dalang Bocah Perempuan

SURABAYA: Dalang perempuan sangat langka, apalagi yang masih bocah (remaja). Ataina Rusyda Fauziyah adalah salah satu dari yang langka itu. Siswi kelas 8 SMPN 33 di kawasan Putat Gede Surabaya ini ini mengawali sebagai peserta dengan nomor  urut 01 (satu) pelaksanaan Festival Dalang Bocah Jawa Timur di pendopo Jarengrana Taman Budaya Jatim, Selasa pagi (10/4).

Anak pertama dari dua bersaudara ini membawakan lakon berjudul “Timun Mas” (gagrak Surakarta) yang merupakan satu-satunya lakon yang bukan berasal dari kebiasaan lakon pewayangan. Diceritakan di sebuah desa sedang resah karena kedatangan Buto Ijo yang hendak memangsa Timun Mas. Tetapi warga desa membelanya, terutama pak Dukuh, Jagabaya dan teman-teman gadis itu. Tetapi sang ibu, Mbok Randa, tidak dapat mengelak ketika raksasa itu hendak meminta Timun Mas sebagaimana perjanjian semula.

Mbak Randa kemudian memberikan jimat kepada anak gadisnya untuk menghadapi Buta Ijo. Alhasil, ketika Buta Ijo berhasil menemukannya, Timun Mas melemparkan jimat tersebut sehingga raksasa itu tewas terbakar api. Selesai.

Dalam penampilanya kali ini memang sangat terasa suasana anak-anaknya. Bahkan tokoh-tokohnya adalah warga desa. Salah satunya tokoh Jagabaya yang berbusana khas Madura, termasuk dialognya.

Bagi Ataina, kali ini adalah penampilan yang ketiga kalinya sebagai dalang. Yang pertama setahun lalu di Solo dalam acara Temu Dalang, kedua baru awal tahun ini di Kebun Binatang Surabaya dimana dia meraih juara ketiga dalam Festival Dalang Bocah tingkat Surabaya.

Ataina menyebut dirinya belajar pedalangan sejak kelas 5 SD sebagai murid Sanggar Baladewa asuhan Hario Widoseno (Rio). Kenapa jadi dalang? “Nggak tahu, senang saja, dan mungkin karena keturunan,” ujarnya.

Ternyata kakek dan neneknya dari pihak ibu adalah pemain wayang orang, meski kedua orangtuanya tidak berprofesi menjadi seniman.

Dalam penampilannya kali ini, nampaknya Ataina kurang total membawakannya. Suaranya tidak stabil, bahkan ada beberapa bagian dialog yang terganggu. Apakah karena terlalu banyak latihan? “Saya batuk, juga grogi,” ujarnya berterus terang. (hnr)

In category: Profil
Related Post
no-img
Menyulap Bebatuan Menjadi Warna Lukisan

DAHULU kala, pada Zaman Batu, nenek moyang manusia menggunakan batu untuk b...

no-img
Istimewa, Lukisan Serpihan Batu di Atas Kanvas

Addy Prana membuat karya lukis yang unik dan eksklusif. Ratusan atau bahkan...

no-img
Dwijo Sukatmo Sudah Menyatu dengan Gustinya

Oleh HENRI NURCAHYO   Sembilan tahun yang lalu,  Dwijo Sukatmo menuli...

no-img
Trio Bayu Aji, Generasi Baru Dalang Wayang Thengul

BOJONEGORO: Baru berusia 18 (delapan belas) tahun, Trio Bayu Aji adalah gen...

no-img
Dalang Margono Ciptakan Berbagai Produk Kreatif

SURABAYA: Margono (40 tahun) bukan sekadar dalang wayang kulit biasa, tetap...

no-img
Ataina, Dalang Bocah Perempuan

SURABAYA: Dalang perempuan sangat langka, apalagi yang masih bocah (remaja)...