Ketoprak Tobong Masih Eksis di Kediri
Grup ketoprak “Suryo Budoyo” merupakan adalah ketoprak tobong yang masih eksis di Kediri, bahkan bisa jadi tidak punya saingan di kota lainnya di Jawa Timur. Dalam rangkaian acara Gelar Seni Budaya Daerah (GSBD) di Taman Budaya Jawa Timur, kelompok seni yang berdiri sejak tahun 2008 itu menampilkan lakon “Kameswara Winisuda,” Sabtu (21/4).
Di bawah asuhan Tri Wahyuni, lebih akrab disapa Plendik, anggotanya memang tak banyak. Sekitar 30 orang. Tetapi semangat mereka menguri-uri ketoprak patut diacungi jempol. Kecintaan terhadap seni mengalir deras dalam darah mereka. Meski kini serba modern, mereka tak keberatan hati hidup nomaden untuk mengenalkan dan melestarikan seni ketoprak. Tak heran, bila 2017 kemarin mereka mendapatkan penghargaan sebagai pelestari budaya.
Tampil di Taman Budaya adalah kali pertama mereka tampil di Provinsi. Sebelumnya mereka hanya nobong dari satu tempat ke tempat lain dan beberapa kali turut memeriahkan acara lokal Kediri. Tapi meski nobong beberapa anggotanya bahkan berkesempatan tampil kolaborasi dengan seniman Malaka di ajang Malaka Art Performance 2017. Dalam sebulan, mereka mendapat undangan pentas 10 kali bahkan lebih. Tak hanya di Kediri, tapi juga diundang pentas di Lamongan dan Pacitan.
Menyoal lakon yang ditampilkan kali ini, Plendik menjelaskan,berkisah tentang penobatan Raden Inu Kertapati menjadi raja dengan gelar Kameswara. Tetapi penobatan itu tak serta merta dilakukan. Istrinya, Galuh Candra Kirana diculik oleh seorang prabu dari kerajaan Gelang-Gelang. Hingga akhirnya Inu Kertapati memutuskan mencari istrinya. Setelah bertemu, barulah penobatan digelar.
“Ketoprak itu jiwa saya. Ora dipekso. Ora dikongkon. Tapi ketertarikan,” begitu ungkap perempuan asal desa Bendo Kec. Paguh, Kediri. Ia tak ragu memilih jalan hidupnya untuk ngetoprak dan nguri-uri ketoprak. Pasalnya sang ayah dan kakaknya juga seniman ketoprak. Ia mengaku ada kepuasaan tersendiri ketika menggeluti seni ketoprak.
Tri Wahyuni alias Plendik itu menjadi pimpinan Suryo Budoyo mulai tahun 2009. Sebelumnya dipimpin Bapaknya hingga tahun 2008, yaitu Pak Koyek yang dalam pertunjukan kali ini menjadi sutradara. Selama ini Pak Koyek memang dikenal cukup berhasil mendelegasikan dan meregenerasi ke putrinya dalam banyak hal. Bahkan anaknya yang bekerja di Kalimantan sering mengirim dana untuk keperluan tobongnya.
Kedepannya, ibu dua anak ini berharap pemerintah turut membantu nguri-uri ketoprak. Ia juga berharap agar ketoprak bisa dimasukkan di muatan lokal sekolah. Selain untuk regenerasi, hal itu juga untuk mengenalkan dan menumbuhkan rasa cinta generasi muda terhadap ketoprak. (nur)