HARI TOLERANSI, MENGAPA DIPERINGATI?

no-img
HARI TOLERANSI, MENGAPA DIPERINGATI?

Catatan Henri Nurcahyo

 

Hari Toleransi Internasional pertama kali dicanangkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 16 November 1995, sebagai bagian dari upaya global untuk mempromosikan perdamaian dan menghentikan diskriminasi. Yang dimaksud dengan Diskriminasi adalah memperlakukan orang atau kelompok lain secara tidak adil, berdasarkan karakteristik tertentu yang sering kali bersifat bawaan, seperti:

  • Ras atau etnis
  • Agama atau kepercayaan
  • Jenis kelamin atau gender
  • Usia
  • Disabilitas
  • Orientasi seksual
  • Kelas sosial atau status ekonomi

Mengapa Dideklarasikan 16 November 1995? Karena pada tanggal tersebut persis 50 tahun berdirinya UNESCO (United Nation Education Scientific and Cultural Organizations), yaitu organisasi internasional yang bergerak dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan di bawah naungan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Hari Toleransi Internasional bertujuan untuk mengingatkan dunia akan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sosial. Toleransi bukan hanya soal menerima perbedaan, tetapi juga menghormati hak asasi dan kebebasan mendasar setiap individu. Melalui peringatan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih menghargai keberagaman yang ada.

Deklarasi Prinsip-Prinsip Toleransi UNESCO menegaskan bahwa toleransi bukan hanya sebuah sikap pasif, tetapi melibatkan komitmen aktif untuk menghormati orang lain. Dengan mengakui bahwa setiap individu memiliki hak dan kebebasan yang sama, peringatan ini mengajak kita untuk membangun dunia yang lebih harmonis.

Hari Toleransi Internasional bertujuan mencegah terjadinya konflik dan diskriminasi. Intoleransi sering kali memicu kekerasan dan marginalisasi kelompok tertentu, sehingga toleransi perlu diajarkan dan dilestarikan. Melalui pengembangan sikap saling menghormati, masyarakat dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman dan adil bagi semua.

Hari Toleransi Internasional berfungsi sebagai momentum penting untuk mengingatkan dunia akan pentingnya menghormati perbedaan. Melalui peringatan ini, masyarakat global didorong untuk memperkuat sikap saling menghormati, bekerja sama dalam keragaman, dan membangun dunia yang damai, inklusif, serta harmonis bagi setiap orang.

Bagaimana mencegah terjadinya intoleransi?

Jangan mudah berprasangka. Bertanyalah kalau ingin tahu. Dialoglah kalau ingin memahami. Jangan menang sendiri. Bersedia menerima perbedaan meski tidak sependapat. Kita sepakat bahwa kita tidak sepakat. Prasangka adalah bibit intoleransi.

Contoh Prasangka:

Perempuan berjilbab dianggap pasti seorang muslimah, kelakuan bagus, taat beribadah. Begitu pula yang tidak berjilbab. Padahal, seorang Najwa Shihab itu tidak berjilbab. Presenter televisi yang terkenal itu adalah putri kandung Quraisy Syihab, seorang ulama besar, ahli hadits, dan banyak pengikutnya. Demikian pula istri Gus Dur, dan putra-putrinya, hanya mengenakan kerudung yang disampirkan begitu saja. Bahkan anak bungsu Gus Dur, Inayah Wahid, seringkali tampil gaul dengan rambut yang dicat warna-warni.

Prasangka juga bisa ditujukan kepada orang yang tinggal di kampung selalu duanggap kampungan, tidak gaul, katrok, ketinggalan zaman, bahkan cenderung berperilaku kurang baik. Apakah kenyataannya memang demikian? Prasangka akan menjadikan kita berpikir yang negatip terhadap orang kampung.

Prasangka berikutnya adalah anggapan bahwa perempuan itu mahluk cengeng, manja, ngaleman. Sebaliknya: Laki-laki itu kuat, tidak boleh/bisa masak, cuci baju, kerja otot, dan semacamnya. Kita seringkali tidak bisa membedakan perbedaan jenis kelamin dengan perbedaan gender. Bahwasanya perempuan itu mengandung, melahirkan, dan menyusui bayi, itu memang kodrat perempuan yang tidak mungkin digantikan oleh laki-laki. Tetapi memasak, nyapu, cuci baju, dan menjahit misalnya, itu tidak harus dilakukan perempuan. Demikian pekerjaan yang bersifat ketrampilan atau pertukangan juga tidak harus laki-laki yang melakukannya.

Ada beberapa hal yang kita tidak bisa memilih. Misalnya hidung pesek atau mancung, badan gemuk atau kurus, rambut keriting atau lurus, tubuh pendek atau tinggi, kulit coklat atau putih. Itu adalah sebuah keciscayaan. Bukan sebuah pilihan. Tidak ada yang lebih baik yang satu dibanding yang lain. Hanya industri (baca: Kapitalisme) yang membangun citra bahwa rambut lurus lebih cantik dibanding yang keriting. Coba, mana ada shampo yang dibuat khusus untuk orang yang berambut keriting. Bahwasanya perempuan yang cantik itu yang bertubuh tinggi, langsing, berkulit terang, hidung mancung, dan sebagainya. Siapa yang menentukan parameter seperti itu? Sekali lagi, itulah kepentingan Kapitalisme !!!

Kita juga punya perbedaan di antara teman-teman kita sendiri. Ada yang jadi juara kelas, juara lomba-lomba di sekolah, juara akademis, juara olahraga, juara kesenian. Intinya, jangan merasa sok dan egois karena mampu mengalahkan yang lain. Bahwasanya teman-teman yang tidak menjadi juara tidak seharusnya lantas dilecehkan. Jangan memandang rendah teman-temanmu yang tidak mendapatkan juara apa-apa. Bahwasanya yang namanya juara itu juga membutuhkan tepuk tangan pendukungnya.

Kita bersaudara mungkin karena satu agama, tapi juga satu bangsa, satu warga Sidoarjo, sama-sama warga kecamatan Taman, bahkan sama-sama warga SMPN 1 Taman. Carilah persamaan, jangan memperuncing perbedaan. Kita bersatu bisa karena sama, tetapi persatuan juga justru terjadi karena berbeda. Seperti mur dan baut, dalam kolaborasi membutuhkan perbedaan (kesebelasan sepakbola, instrument karawitan, kelompok musik, permainan drama/teater).

SMPN 1 Taman Sidoarjo, adalah sekolah pertama di Indonesia yang mendeklarasikan sebagai Sekolah Toleransi (16 Desember 2022), bukan karena hadiah atau ditunjuk, tapi melalui proses pendampingan intensif selama 2 tahun.

SMPN 1 Taman Sidoarjo adalah salah 1 dari 3 SMP Percontohan di Sidoarjo sebagai Sekolah Toleransi bagi 50 SMP di Sidoarjo (43 negeri, 7 swasta)

SMPN 1 Taman Sidoarjo, satu-satunya sekolah yang sudah menerbitkan buku tentang Sekolah Toleransi sebagai Buku Panduan bagi sekolah-sekolah lain.

SMPN 1 Taman Sidoarjo adalah satu-satunya sekolah yang masih terus mengembangkan program Sekolah Toleransi meski sudah tidak mendapat pendampingan langsung dari Komunitas BrangWetan

Bukan tidak mungkin SMPN 1 Taman Sidoarjo adalah satu-satunya SMP atau sekolah di Sidoarjo yang memperingati Hari Toleransi Internasional sekarang ini.

Terakhir: Hari Toleransi Internasional bukan hanya sekadar diperingati, melainkan juga dijalani, dipraktekkan, dijadikan sebagai perilaku budaya sehari-hari.

Jangan enak-enakan mendapatkan gelar Sekolah Toleransi. Karena itu adalah juga amanah, kontrak sosial, bahkan semacam sumpah yang sakral. Semakin tinggi dan besar sebuah pohon, semakin besar angin yang menerpanya. Hati-hati, waspada, dan tetap istiqomah.

Jangan sekali-sekali ada bullying, ada diskriminasi, tawuran, perkelahian, saling ejek. Ibarat keramik antik yang bagus dan sangat mahal harganya. Begitu ada cuwil sedikit, langsung tidak ada harganya sama sekali. Kata pepatah: Ibarat nila setitik, rusak susu sebelanga.

Selamat Hari Toleransi Internasional. Kita adalah warga SMPN 1 Taman Sidoarjo, adalah juga Warga Dunia.  (*)

 

(artikel ini adalah materi yang disampaikan dalam peringatan Hari Toleransi Internasional di SMPN 1 Taman, Sidoarjo, Sabtu, 23 November 2024).

In category:
Related Post
no-img
HARI TOLERANSI, MENGAPA DIPERINGATI?

Catatan Henri Nurcahyo   Hari Toleransi Internasional pertama kali dicanan...

no-img
Guru Penggerak Juga Menggerakkan Toleransi di Sekolah

SIDOARJO: Para Guru Penggerak memiliki tugas utama sebagai inisiator pembel...

no-img
Perwakilan USAID Kunjungi SMPN 1 Taman, Sidoarjo

SIDOARJO: SMPN 1 Taman Sidoarjo mendapat kehormatan menerima kunjungan perw...

no-img
Siswa Jadi Agen Perubahan Wujudkan Toleransi di Sekolah

MOJOKERTO: Para siswa dapat menjadi agen toleransi dan perubahan untuk mewu...

no-img
Guru Penggerak Jadi Pelopor Toleransi

SIDOARJO: Guru Penggerak bukan sekadar pengajar biasa tetapi memiliki peran...

no-img
Ekosistem Toleransi Berlaku untuk Semua Warga Sekolah

SIDOARJO: Mewujudkan Sekolah Toleransi tidak hanya sebatas ucapan dan admin...